LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI SALURAN KEMIH
A. PENGERTIAN
Infeksi saluran kemih atau infeksi traktus urinarius adalah infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau
tanpa disertai dengan gejala, (Brunner and Suddarth, Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 Vol. 2, halaman: 1428).
Infeksi saluran kemih atau infeksi traktus urinarius merupakan suatu
keadaan dimana terdapat bakteriuria yaitu mikroorganisme pathogen 105/ml
pada urine pancarann tengah yang dikumpulkan secara benar, (Price and
Wilson, Patofisiologi Edisi 6 Vol. 2, halaman: 918).
Jadi infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi pada saluran perkemihan
yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen yang ditandai terdapatnya 105/ml
bakteri pathogen dalam urine seseorang.
B.
ETIOLOGI
1.
Faktor Resiko
a.
Wanita lebih beresiko dibandingkan
dengan pria.
b.
Memiliki riwayat penyakit menular
seksual
c.
Kateterisasi
2.
Faktor Predisposisi
a.
Bakteri Escherichia coli, Proteus,
Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, dan Staphylococcus saprophyticus.
b.
Terganggunya glikosaminoglikan
c.
Refluks uretrovesikal
d.
Refluks ureterovesikal
e.
Obstruksi aliran urin
3.
Faktor Presipitasi
a.
Hygiene buruk.
b.
Cara membasuh alat kelamin yang salah
c.
Sering menahan kencing
C.
PATOFISIOLOGI
Wanita lebih beresiko
dibandingkan dengan pria karena uretra pada wanita lebih pendek dan memiliki
jarak yang dekat dengan anus sehingga bakteri pathogen mudah masuk ke uretra.
Infeksi menular seksual
yang biasa menyebabkan ISK adalah infeksi herpes virus genital ditularkan
melalui hubungan seksual selama periode simptomatik maupun asimptomatik saat
virus dilepaskan oleh pasangannya. Pecahnya lesi dapat menyebabkan peradangan
meatus dan disuria. Vesikel dapat muncul pada mukosa uretra. Beberapa genotip
HVP telah diketahui dapat meningkatkan resiko keganasan. Kutil intra uretra
dapat menyebabkan sekret uretra, disuria, sekret yang berdarah, atau hematuria.
Kutil yang menyebar intrauretra dapat melibatkan kandung kemih dan ureter.
Diketahui bahwa
pemasangan dower kateter merupakan salah satu sarana masuknya agent atau
mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh, untuk itu perlu dilakukan penggantian
kateter dan perawatan kateter. Selang kateter bagian luar (yang terhubung
dengan kantong urin) dalam keadaan terbuka dan bersentuhan dengan lingkungan
luar. Bakteri pathogen menempel pada selang bagian luar tersebut dan bakteri
pathogen menjadikannya sebagai jembatan masuk ke saluran perkemihan.
Infeksi saluran kemih
disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius.
Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan
hematogen.
1.
Secara asending yaitu:
a.
Masuknya mikroorganisme dalam kandung
kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang
lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi,
factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam
traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter).
b.
Naiknya bakteri dari kandung kemih ke
ginjal
2.
Secara hematogen yaitu:
Sering terjadi
pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran
infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total
urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.
Glikosaminoglikan
merupakan anti-lekat bakteri, sehingga bakteri tidak bisa melekat pada
dinding-dinding saluran perkemihan dan kandung kemih. Namun karena
glikosaminoglikan terganggu fungsinya oleh agen tertentu seperti siklamat,
asparmat, sakarin, dan metabolit triptopan maka glikosaminoglikan tidak menjadi
anti-lekat yang sempurna.
Refluks uretrovesikal
merupakan aliran balik urin dari uretra ke kandung kemih. Ketika mengejan
vesika urinaria akan berkontraksi sehingga mendorong urin menuju uretra, namun
ketika selesai mengejan urin balik dari uretra ke vesika urinaria. Dengan
baliknya urin ke vesika urinaria, bakteri yang terdapat pada anterior
uretra masuk ke dalam saluran kencing.
Refluks ureterovesikal
merupakan aliran balik urin dari vesika urinaria atau kandung kemih ke
ureter. Hal ini biasanya terjadi akibat kelainan kongenital atau abnormalitas
ureteral yaitu rusaknya katup ureterovesikal, katup yang membatasi ureter
dengan vesika urinaria. Rusaknya katup tersebut mengakibatkan aliran balik urin
yang terkontaminasi bakteri pathogen ke ureter.
Obstruksi aliran urin
yang terletak disebelah proksimal dari vesika urinaria dapat mengakibatkan
penimbunan cairan bertekanan pada pelvis ginjal dan ureter. Hal ini
mengakibatkan atrofi pada parenkim ginjal (hidronefrosis) yang disebabkan
oleh jaringan parut pada vesika urina ginjal dan uretra, batu ginjal,
neoplasma, hipertrofi prostat. Tersumbatnya aliran urin mengakibatkan bakteri
pathogen berkembang biak di dalam saluran kencing sehingga akan menginfeksi
seluran kencing tersebut.
Kebersihan alat kelamin
yang buruk mengakibatkan area tersebut lembab sehingga bakteri pathogen
berkembang biak disana. Tidak tertutup kemungkinan bakteri akan masuk melalui
meatus uretra dan naik ke saluran kemih bagian atas.
Cara membasuh alat
kelamin dan anus yang salah pada saat buang air besar dapat menyebabkan
kontaminasi fekal pada traktus uretra. Mikroorganisme dari anus akan naik ke
uretra dan menginfeksi saluran-saluran urinaria. Cara membasuh yang benar adalah
satu arah dari atas ke bawah (dari kelamin ke anus), bukan dari anus naik
ke kelamin atau bukan dengan gerakan naik turun.
Saat seseorang menahan
buang air kecil, maka kandung kemih akan melar atau meregang, hal ini akan
membuat pompa di kandung kemih tidak bisa berfungsi dengan baik saat buang
air kecil. Sehingga tak jarang banyak orang yang baru selesai buang air
kecil, tak lama kemudian akan timbul kembali rasa ingin pipis. Urine yang
tersisa banyak di kandung kemih membuat saluran tersebut mudah terkena infeksi.
Tapi jika akibat menahan tersebut membuat pompa kandung kemih memberikan
tekanan yang tinggi, maka bisa mengakibatkan kerusakan ginjal.
D.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada
infeksi saluran kemih sangat bervariasi bahkan tidak menimbukan gejala apapun.
Pada infeksi saluran kemih bagian bawah (sistisis) mencakup:
1.
Nyeri yang sering
2.
Rasa panas ketika berkemih
3.
Kadang-kadang disertai spasme pada
kandung kemih dan area suprapubis
4.
Hematuria
5.
Nyeri punggung
6.
Peningkatan frekuensi berkemih
7.
Perasaan ingin berkemih
8.
Adanya sel-sel darah putih dalam urin
9.
Demam yang disertai adanya darah dalam
urin pada kasus yang parah.
E.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat
terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain:
1.
Batu saluran kemih
2.
Obstruksi saluran kemih
3.
Sepsis
4.
Infeksi kuman yang multisystem
5.
Gangguan fungsi ginjal
Komplikasi lain yang
mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang adalah
terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi
dan gagal ginjal kronik.
ISK pada kehamilan
dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati akan menyebabkan:
1.
Pielonefritis
2.
Bayi premature
3.
Anemia
4.
Pregnancy-induced hypertension
Selain itu ISK pada
kehamilan juga menyebabkan:
1.
Retardasi mental pada bayi,
2.
Pertumbuhan bayi lambat
3.
Cerebral palsy
4.
Fetal death.
F.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
menunjang menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
a.
Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih
pengumpulan urin melalui urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter
uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki dan perempuan yang sudah bisa
berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah
dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream).
Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada
genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara
pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara
yang lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya
urine dalam vesica urinaria.
Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai
berikut:
1)
Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat
merupakan penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler,
seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.
2)
Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang
didefinisikan oleh Stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit
per ml urin yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan
pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan
bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000
per ml urin .
Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
a)
Infeksi tuberkulosis
b)
Urin terkontaminasi dengan antiseptik
c)
Urin terkontaminasi dengan leukosit
vagina
d) Nefritis
intersisial kronik (nefropati analgetik)
e)
Nefrolitiasis
f)
tumor uroepitelial
3)
Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam
diagnosis penyakit ginjal, antara lain:
a)
Silinder eritrosit, sangat diagnostik
untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal.
b)
Silinder leukosit bersama dengan hanya
piuria, diagnostik untuk pielonefritis
c)
Silinder epitel, dapat ditemukan pada
nekrosis tubuler akut atau pada gromerulonefritis akut
d) Silinder
lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan bersamaan dengan
proteinuria nefrotik.
4)
Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit
ginjal.
5)
Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis
tidak identik dengan infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh
kontaminasi.
b.
Bakteriologis
1)
Mikroskopis, pada pemeriksaan
mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau pewarnaan gram.
Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak
emersi.
2)
Biakan bakteri, pembiakan bakteri
sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan
bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:
Tabel
3. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna
Pengambilan spesimen
|
Jumlah koloni bakteri per ml urin
|
Aspirasi
supra pubik
|
>
100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme patogen
|
Kateter
|
>
20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
|
Urine
bag atau
urin porsi tengah
|
>
100.000 cfu/ml
|
Dalam
penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa ISK pada anak-anak
sudah dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000
cfu per ml urin yang diambil melalui kateter. Namun, Hoberman et al. menyatakan
bahwa ditemukannya jumlah koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu per ml
urin masih diragukan, karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari luar,
sehingga masih diperlukan biakan ulang, terutama bila anak belum diobati atau
tidak menunjukkan adanya gejala ISK.
2.
Radiologis dan Pemeriksaan Penunjang
Lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk
mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor
predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielografi
intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi
dan CT Scan.
G.
PENATALAKSANAAN
1.
Keperawatan
a.
Mengobservasi TTV pasien tiap 6 jam.
b.
Menganjurkan untuk sering minum dan BAK
sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra.
c.
Mengkaji skala nyeri pasien dengan
metode PQRST.
d.
Mengajarkan teknik manajemen nyeri
distraksi (menonton TV, mengobrol) dan relaksasi (nafas dalam).
e.
Memberikan HE.
f.
Mengukur dan catat pengeluaran urine
setiap kali berkemih.
2.
Medis
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal
adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari
traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina. Infeksi
Saluran Kemih ( ISK ) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
a.
Terapi antibodika dosis tunggal
b.
Terapi antibiotika konvensional : 5-14
hari
c.
Terapi antibiotika jangka lama : 4-6
minggu
d.
Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan
resiko kekambuhan infeksi.penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole
(gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (tpm,smz, bactrim, septra), kadang
ampicillin atau amoksisilin digunakan,tetapi E.Coli telah resisten terhadap
bakteri ini. pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk
mengurangi ketidak nyamanan akibat infeksi. Dan dianjurkan untuk sering minum
dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke
uretra,untuk wanita harus membilas dari depan kebelakang untuk menghindari
kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feces.
H.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1.
Pengkajian
Pengkajian focus yang biasa dilakukan untuk mengkaji
keluhan pasien dengan ISK antara lain:
a.
Pemerikasaan fisik: dilakukan secara
head to toe dan sistem tubuh.
b.
Riwayat atau adanya faktor-faktor
resiko:
1)
Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
2)
Adakah obstruksi pada saluran kemih?
c.
Adanya faktor yang menjadi predisposisi
pasien terhadap infeksi nosokomial.
1)
Bagaimana dengan pemasangan kateter?
2)
Imobilisasi dalam waktu yang lama.
3)
Apakah terjadi inkontinensia urine?
d.
Pengkajian dari manifestasi klinik
infeksi saluran kemih
1)
Bagaimana pola berkemih pasien? untuk
mendeteksi faktor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan
jumlah)
2)
Adakah disuria?
3)
Adakah urgensi?
4)
Adakah darah sewaktu berkemih?
5)
Adakah hesitancy?
6)
Adakah bau urine yang menyengat?
7)
Bagaimana haluaran volume orine, warna
(keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
8)
Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi
saluran kemih bagian bawah
9)
Adakah nyesi pangggul atau
pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas
10) Peningkatan
suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
e.
Pengkajian psikologi pasien:
1)
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil
tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan?
2)
Adakakan perasaan malu atau takut
kekambuhan terhadap penyakitnya?
2.
Analisa Data
Data Subyektif
|
Data Obyektif
|
Masalah
|
·
Pasein mengatakan nyeri saat berkemih
·
Pasien mengatakan nyeri saat perkusi panggul
|
·
Pasien terlihat meringis saat buang air kecil
·
Pemeriksaan PQRST:
P:
Q:
R:
S:
T:
|
Nyeri
|
·
Pasien mengatakan kencingnya tersendat-sendat
·
Pasien mengatakan sering ingin buang air kecil, tapi urinnya tidak keluar
·
Pasien me
|
·
Urin pasien berwarna keruh, terdapat darah, purulent.
·
Hasil pemeriksaan lab adanya bakteri pathogen
|
Gangguan
eliminasi urinarius
|
·
Pasien mengatakan badannya panas
|
·
Suhu tubuh pasien meningkat 38-390C
|
Hipertermia
|
·
Pasien mengatakan susuah tidur di malam hari
·
Pasien mengatakan hanya bisa tidur 2 sampai 3 jam / hari
·
Pasien mengatakan sering terbangun di malam hari
·
Pasien mengatakan tidak bisa tidur siang
|
·
Mata pasien terlihat lelah dan merah
·
Terdapat lingkar hitam pada mata
|
Insomnia
|
·
Pasien mengatakan tidak paham tentang penyakitnya
·
Pasien mengatakan tidak tahu tentang pengobatan penyakitnya
|
·
Pasien terlihat bingung ketika ditanya tentang penyakitnya
|
Defisiensi
pengetahuan
|
3.
Diagnosa
Kemungkinan diagnosa yang muncul menurut NANDA
2009-2011.
a.
Nyeri berhubungan dengan agen cedera
biologis, fisik, zat kimia, dan psikologis.
b.
Gangguan eliminasi urinarius berhubungan
dengan obstruksi anatomik, infeksi saluran kemih, penyebab multiple, gangguan
sensorik-motorik.
c.
Hipertermia berhubungan dengan proses
penyakit.
d.
Insomnia berhubungan dengan
ketidaknyamanan fisik, nyeri.
e.
Defisiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya sumber informasi, salah interpretasi informasi, tidak familier
dengan sumber informasi.
4.
Intervensi
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Rencana
Tujuan dan
Kriteria
Hasil
|
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
1.
|
Nyeri
berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik, zatkimia, dan psikologis.
ditandai
dengan :
DS:
·
Pasein mengatakan nyeri saat berkemih
·
Pasien mengatakan nyeri saat perkusi panggul
DO:
·
Pasien terlihat meringis saat buang air kecil
·
Pemeriksaan PQRST:
P:
Q:
R:
S:
T:
|
Tujuan
:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan ...x 24 jam diharapkan masalah nyeri dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
1.
Tidak nyeri waktu berkemih .
2.
Tidak nyeri pada perkusi panggul
|
Mandiri
1.
Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat
2.
Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus
3.
Berikan perawatan perineal
4.
Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 kali per hari
5.
Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
6.
Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih,
masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Kolaborasi
1.
Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap,
berkabut atau keruh. Plak berkemih berubah, sering berkemih dengan jumlah
sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau
bertambah sakit
2.
Berikan analgesic sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
|
Mandiri
1.
meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot
2.
membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot
3.
untuk mencegah kontaminasi uretra
4.
Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik
kesaluran perkemihan.
5.
membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
6.
untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
Kolaborasi
1.
Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu
pemeriksaan luas
2.
analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri
|
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Rencana
Tujuan dan
Kriteria
Hasil
|
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
2.
|
Gangguan
eliminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi anatomik, infeksi
saluran kemih, penyebab multiple, gangguan sensorik-motorik.
ditandai dengan :
DS :
·
Pasien mengatakan kencingnya tersendat-sendat
·
Pasien mengatakan sering ingin buang air kecil, tapi urinnya tidak keluar
DO :
·
Urin pasien berwarna keruh, terdapat darah, purulent.
·
Hasil
pemeriksaan lab adanya bakteri pathogen
|
Tujuan
:
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan … x 24 jam diharapkan masalah gangguan eliminasi
urinarius dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Polaeliminasi
membaik
2.
tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
|
Mandiri
1.
Dorong meningkatkan pemasukan cairan
2.
Kaji keluhan kandung kemih penuh
3.
Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
4.
Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urin
5.
Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam
Kolaborasi :
1.
Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah
berry dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aamurin.
|
Mandiri
1.
peningkatan hidrasi membilas bakteri.
2.
retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung
kemih/ginjal)
3.
akumulasi sisa uremik dan ketidak seimbangan elektrolit dapat menjadi toksik
pada susunan saraf pusat
4.
memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
5.
untuk mencegah statis urin
Kolaborasi :
1.
aamurin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt
berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih Awasi pemeriksaan
laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
|
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Rencana
Tujuan dan
Kriteria
Hasil
|
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
3.
|
Hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit.
ditandai dengan
DS :
·
Pasien
mengatakan badannya panas
DO :
·
Suhu
tubuh pasien meningkat 38-390C
|
Tujuan
:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan ... x 24 jam diharapkan masalahhipertermia pasien dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
1.
Suhutubuhdalambatas normal (360C – 370C)
|
Mandiri
1. Jelaskan pada
keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan.
2.
Berikan kompres.
3.
Anjurkan kepada pasien untuk memakai baju yang tipis dan menyerap keringat
untuk klien
4.
Anjurkan kepada klien untuk minum lebih banyak.
Kolaborasi
1.
Kolaborasi dalam pemberin antipiretik
|
Mandiri
2.
pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap
tindakan keperawatan.
2.
penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui kompres.
3.
penurunan suhu dapat dilkukan dengan teknik evaporasi
4.
hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh
Kolaborasi
1.
antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat pengatur suhu di
hipotalamus.
|
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Rencana
Tujuan dan
Kriteria
Hasil
|
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
4.
|
Insomnia
berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik, nyeri
ditandai dengan
DS:
·
Pasien mengatakan susuah tidur di malam hari
·
Pasien mengatakan hanya bisa tidur 2 sampai 3 jam / hari
·
Pasien mengatakan sering terbangun di malam hari
·
Pasien mengatakan tidak bisa tidur siang
DO :
·
Mata pasien terlihat lelah dan merah
·
Terdapat lingkar hitam pada mata
|
Tujuan
: Setelah dilakukan asuhan keperawatan ... x 24 jam
diharapkan masalah insomnia pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1.
Istirahat dan tidur adekuat
2.
Tidak terbangun pada malam hari
|
Mandiri
1.
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
2.
Libatkan keluarga untuk menemani pasien mengobrol atau pun pada saat tidur
3.
Atur tata ruangan agar senyaman mungkin dan terjaga kebersihannya
|
Mandiri
1.
mengajarkan pasien menarik napas dalam dan mengalihkan perhatian akan membuat
pasien lebih rileks dan tidak memikirkan rasa nyerinya
2.
agar pasien tidak merasa sendirian sehingga tidak terlalu memikirkan
penyakitnya
3.agar
pasien merasa nyaman untuk beristirahat dan tidur.
|
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Rencana
Tujuan dan
Kriteria
Hasil
|
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
5.
|
Kurangnya
pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya sumber informasi
ditandai dengan
DS:
·
Pasien mengatakan tidak paham tentang penyakitnya
·
Pasien
mengatakan tidak tahu tentang pengobatan penyakitnya
DO :
·
Pasien terlihat bingung ketika ditanya tentang penyakitnya
|
Tujuan
: Setelah dilakukan asuhan keperawatan ... x 24 jam
diharapkan masalahkurang pengetahuan pasien dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
1.
Menyatakan dan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, rencana
pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
|
Mandiri
1.
Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datanng
2.
Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskan pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic: tujuan,
gambaran singkat, persiapan yang dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan
sesudah pemeriksaan
3.
Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan
lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatan sesudah pemeriksaan
4.
Instruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan sebanyak
kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berry
5.
Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah
tentang rencana pengobatan.
|
Mandiri
1.
memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan
informasi.
2.
pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan, membantu
mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.
3.
instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan
4.
Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda.
Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berry membantu
mempertahankan keadaan asam urin dan mencegah pertumbuhan bakteri
5.
Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidak patuhan dan membantu
mengembangkan penerimaan rencana terapeutik
|
5.
Pelaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan. (Aziz, 2006).
6.
Evaluasi
a.
Nyeri teratasi
b.
Tidak mengalami gangguan eliminsi urin,
urin lancar tanpa tersendat
c.
Suhu tubuh dalam rentang normal (360C
– 370C)
d.
Istirahat dan tidur adekuat
e.
Klien mendapat pengetahuan baru dan
mengerti tentang penyakit serta pengobatannya
7.
WOC
(Terlampir)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi
: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta :
EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta:
EGC
0 komentar:
Posting Komentar