Senin, 04 Desember 2017

LAPORAN PENDAHULUAN ISK



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI SALURAN KEMIH

A.      PENGERTIAN
Infeksi saluran kemih atau infeksi traktus urinarius adalah infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau tanpa disertai dengan gejala, (Brunner and Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2, halaman: 1428).
Infeksi saluran kemih atau infeksi traktus urinarius merupakan suatu keadaan dimana terdapat bakteriuria yaitu mikroorganisme pathogen 105/ml pada urine pancarann tengah yang dikumpulkan secara benar, (Price and Wilson, Patofisiologi Edisi 6 Vol. 2, halaman: 918).
Jadi infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi pada saluran perkemihan yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen yang ditandai terdapatnya 105/ml bakteri pathogen dalam urine seseorang.

B.       ETIOLOGI
1.        Faktor Resiko
a.         Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria.
b.        Memiliki riwayat penyakit menular seksual
c.         Kateterisasi
2.        Faktor Predisposisi
a.         Bakteri Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, dan Staphylococcus saprophyticus.
b.        Terganggunya glikosaminoglikan
c.         Refluks uretrovesikal
d.        Refluks ureterovesikal
e.         Obstruksi aliran urin
3.        Faktor Presipitasi
a.         Hygiene buruk.
b.        Cara membasuh alat kelamin yang salah
c.         Sering menahan kencing

C.      PATOFISIOLOGI
Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria karena uretra pada wanita lebih pendek dan memiliki jarak yang dekat dengan anus sehingga bakteri pathogen mudah masuk ke uretra.
Infeksi menular seksual yang biasa menyebabkan ISK adalah infeksi herpes virus genital ditularkan melalui hubungan seksual selama periode simptomatik maupun asimptomatik saat virus dilepaskan oleh pasangannya. Pecahnya lesi dapat menyebabkan peradangan meatus dan disuria. Vesikel dapat muncul pada mukosa uretra. Beberapa genotip HVP telah diketahui dapat meningkatkan resiko keganasan. Kutil intra uretra dapat menyebabkan sekret uretra, disuria, sekret yang berdarah, atau hematuria. Kutil yang menyebar intrauretra dapat melibatkan kandung kemih dan ureter.
Diketahui bahwa pemasangan dower kateter merupakan salah satu sarana masuknya agent atau mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh, untuk itu perlu dilakukan penggantian kateter dan perawatan kateter. Selang kateter bagian luar (yang terhubung dengan kantong urin) dalam keadaan terbuka dan bersentuhan dengan lingkungan luar. Bakteri pathogen menempel pada selang bagian luar tersebut dan bakteri pathogen menjadikannya sebagai jembatan masuk ke saluran perkemihan.
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen.
1.        Secara asending yaitu:
a.         Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter).
b.        Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
2.        Secara hematogen yaitu:
Sering terjadi pada  pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Glikosaminoglikan merupakan anti-lekat bakteri, sehingga bakteri tidak bisa melekat pada dinding-dinding saluran perkemihan dan kandung kemih. Namun karena glikosaminoglikan terganggu fungsinya oleh agen tertentu seperti siklamat, asparmat, sakarin, dan metabolit triptopan maka glikosaminoglikan tidak menjadi anti-lekat yang sempurna.
Refluks uretrovesikal merupakan aliran balik urin dari uretra  ke kandung kemih. Ketika mengejan vesika urinaria akan berkontraksi sehingga mendorong urin menuju uretra, namun ketika selesai mengejan urin balik dari uretra ke vesika urinaria. Dengan baliknya urin ke vesika urinaria, bakteri  yang terdapat pada anterior uretra masuk ke dalam saluran kencing.
Refluks ureterovesikal merupakan aliran balik urin  dari vesika urinaria atau kandung kemih ke ureter. Hal ini biasanya terjadi akibat kelainan kongenital atau abnormalitas ureteral yaitu rusaknya katup ureterovesikal, katup yang membatasi ureter dengan vesika urinaria. Rusaknya katup tersebut mengakibatkan aliran balik urin yang terkontaminasi bakteri pathogen ke ureter.
Obstruksi aliran urin yang terletak disebelah proksimal dari vesika urinaria dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan pada pelvis ginjal dan ureter.  Hal ini mengakibatkan atrofi pada parenkim ginjal (hidronefrosis) yang disebabkan oleh  jaringan parut pada vesika urina ginjal dan uretra, batu ginjal, neoplasma, hipertrofi prostat. Tersumbatnya aliran urin mengakibatkan bakteri pathogen berkembang biak di dalam saluran kencing sehingga akan menginfeksi seluran kencing tersebut.
Kebersihan alat kelamin yang buruk mengakibatkan area tersebut lembab sehingga bakteri pathogen berkembang biak disana. Tidak tertutup kemungkinan bakteri akan masuk melalui meatus uretra dan naik ke saluran kemih bagian atas.
Cara membasuh alat kelamin dan anus yang salah pada saat buang air besar dapat menyebabkan kontaminasi fekal pada traktus uretra. Mikroorganisme dari anus akan naik ke uretra dan menginfeksi saluran-saluran urinaria. Cara membasuh yang benar adalah satu arah dari atas ke bawah (dari kelamin ke anus), bukan dari anus naik  ke kelamin atau bukan dengan gerakan naik turun.
Saat seseorang menahan buang air kecil, maka kandung kemih akan melar atau meregang, hal ini akan membuat pompa di kandung kemih tidak bisa berfungsi dengan baik saat buang air kecil. Sehingga tak jarang banyak orang yang baru selesai buang air kecil, tak lama kemudian akan timbul kembali rasa ingin pipis. Urine yang tersisa banyak di kandung kemih membuat saluran tersebut mudah terkena infeksi. Tapi jika akibat menahan tersebut membuat pompa kandung kemih memberikan tekanan yang tinggi, maka bisa mengakibatkan kerusakan ginjal.

https://i1.wp.com/senyumperawat.com/wp-content/uploads/2014/11/pathways-isk.png?ssl=1




D.      MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada infeksi saluran kemih sangat bervariasi bahkan tidak menimbukan gejala apapun. Pada infeksi saluran kemih bagian bawah (sistisis) mencakup:
1.        Nyeri yang sering
2.        Rasa panas ketika berkemih
3.        Kadang-kadang disertai spasme pada kandung kemih dan area suprapubis
4.        Hematuria
5.        Nyeri punggung
6.        Peningkatan frekuensi berkemih
7.        Perasaan ingin berkemih
8.        Adanya sel-sel darah putih dalam urin
9.        Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.

E.       KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain:
1.        Batu saluran kemih
2.        Obstruksi saluran kemih
3.        Sepsis
4.        Infeksi kuman yang multisystem
5.        Gangguan fungsi ginjal
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik.
ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati akan menyebabkan:
1.        Pielonefritis
2.        Bayi premature
3.        Anemia
4.        Pregnancy-induced hypertension
Selain itu ISK pada kehamilan juga menyebabkan:
1.        Retardasi mental pada bayi,
2.        Pertumbuhan bayi lambat
3.        Cerebral palsy
4.        Fetal death.

F.       PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.        Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
a.         Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki  dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine dalam vesica urinaria.
Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:
1)        Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.
2)        Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin .
Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
a)        Infeksi tuberkulosis
b)        Urin terkontaminasi dengan antiseptik
c)        Urin terkontaminasi dengan leukosit vagina
d)       Nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik)
e)        Nefrolitiasis
f)         tumor uroepitelial
3)        Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain:
a)        Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal.
b)        Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis
c)        Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada gromerulonefritis akut
d)       Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan bersamaan dengan proteinuria nefrotik.
4)        Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
5)        Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.

b.        Bakteriologis
1)        Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
2)        Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:
Tabel 3. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna
Pengambilan spesimen
Jumlah koloni bakteri per ml urin
Aspirasi supra pubik
>  100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme patogen
Kateter
> 20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah
> 100.000 cfu/ml

Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa  ISK  pada anak-anak sudah dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000­­­ cfu per ml urin yang diambil melalui kateter. Namun, Hoberman et al. menyatakan bahwa ditemukannya jumlah koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu per ml urin masih diragukan, karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari luar, sehingga masih diperlukan biakan ulang, terutama bila anak belum diobati atau tidak menunjukkan adanya gejala ISK.


2.        Radiologis dan Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielografi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT Scan.

G.      PENATALAKSANAAN
1.        Keperawatan
a.         Mengobservasi TTV pasien tiap 6 jam.
b.        Menganjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra.
c.         Mengkaji skala nyeri pasien dengan metode PQRST.
d.        Mengajarkan teknik manajemen nyeri distraksi (menonton TV, mengobrol) dan relaksasi (nafas dalam).
e.         Memberikan HE.
f.         Mengukur dan catat pengeluaran urine setiap kali berkemih.
2.        Medis
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina. Infeksi Saluran Kemih ( ISK ) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
a.         Terapi antibodika dosis tunggal
b.        Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari
c.         Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu
d.        Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi.penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (tpm,smz, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan,tetapi E.Coli telah resisten terhadap bakteri ini. pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan akibat infeksi. Dan dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra,untuk wanita harus membilas dari depan kebelakang untuk menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feces.

H.      ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1.        Pengkajian
Pengkajian focus yang biasa dilakukan untuk mengkaji keluhan pasien dengan ISK antara lain:
a.         Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan sistem tubuh.
b.        Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
1)        Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
2)        Adakah obstruksi pada saluran kemih?
c.         Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
1)        Bagaimana dengan pemasangan kateter?
2)        Imobilisasi dalam waktu yang lama.
3)        Apakah terjadi inkontinensia urine?
d.        Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
1)        Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi faktor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah) 
2)        Adakah disuria?
3)        Adakah urgensi?
4)        Adakah darah sewaktu berkemih?
5)        Adakah hesitancy?
6)        Adakah bau urine yang menyengat?
7)        Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
8)        Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah
9)        Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas
10)    Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
e.         Pengkajian psikologi pasien:
1)        Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan?
2)        Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya?
2.        Analisa Data
Data Subyektif
Data Obyektif
Masalah
·        Pasein mengatakan nyeri saat berkemih
·        Pasien mengatakan nyeri saat perkusi panggul
·        Pasien terlihat meringis saat buang air kecil
·        Pemeriksaan PQRST:
P:
Q:
R:
S:
T:
Nyeri
·      Pasien mengatakan kencingnya tersendat-sendat
·      Pasien mengatakan sering ingin buang air kecil, tapi urinnya tidak keluar
·      Pasien me
·      Urin pasien berwarna keruh, terdapat darah, purulent.
·      Hasil pemeriksaan lab adanya bakteri pathogen
Gangguan eliminasi urinarius
·        Pasien mengatakan badannya panas
·        Suhu tubuh pasien meningkat 38-390C
Hipertermia
·        Pasien mengatakan susuah tidur di malam hari
·        Pasien mengatakan hanya bisa tidur 2 sampai 3 jam / hari
·        Pasien mengatakan sering terbangun di malam hari
·        Pasien mengatakan tidak bisa tidur siang
·        Mata pasien terlihat lelah dan merah
·        Terdapat lingkar hitam pada mata
Insomnia
·       Pasien mengatakan tidak paham tentang penyakitnya
·       Pasien mengatakan tidak tahu tentang pengobatan penyakitnya
·       Pasien terlihat  bingung ketika ditanya tentang penyakitnya
Defisiensi pengetahuan

3.        Diagnosa
Kemungkinan diagnosa yang muncul menurut NANDA 2009-2011.
a.         Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik, zat kimia, dan psikologis.
b.        Gangguan eliminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi anatomik, infeksi saluran kemih, penyebab multiple, gangguan sensorik-motorik.
c.         Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
d.        Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik, nyeri.
e.         Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi, salah interpretasi informasi, tidak familier dengan sumber informasi.


4.        Intervensi
No.
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tujuan dan
Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
1.       
Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik, zatkimia, dan psikologis.

ditandai dengan :
DS:
·         Pasein mengatakan nyeri saat berkemih
·         Pasien mengatakan nyeri saat perkusi panggul


DO:

·         Pasien terlihat meringis saat buang air kecil
·         Pemeriksaan PQRST:
P:
Q:
R:
S:
         T:




Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan ...x 24 jam diharapkan masalah nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1.      Tidak nyeri waktu berkemih .
2.      Tidak nyeri pada perkusi panggul
Mandiri
1. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat
2. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus

3. Berikan perawatan perineal

4. Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 kali per hari

5. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
6. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang

Kolaborasi
1. Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap, berkabut atau keruh. Plak berkemih berubah, sering berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit
2. Berikan analgesic sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya

Mandiri
1. meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot

2. membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot
3. untuk mencegah kontaminasi uretra
4. Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik kesaluran perkemihan.
5. membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri

6. untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan


Kolaborasi
1. Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luas









2. analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri

No.
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tujuan dan
Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
2.
Gangguan eliminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi anatomik,  infeksi saluran kemih, penyebab multiple, gangguan sensorik-motorik.
ditandai dengan :
DS :
·         Pasien mengatakan kencingnya tersendat-sendat
·         Pasien mengatakan sering ingin buang air kecil, tapi urinnya tidak keluar



DO :
·         Urin pasien berwarna keruh, terdapat darah, purulent.
·         Hasil pemeriksaan lab adanya bakteri pathogen
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan … x 24 jam diharapkan masalah gangguan eliminasi urinarius dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Polaeliminasi membaik
2. tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
Mandiri
1. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
2. Kaji keluhan kandung kemih penuh


3. Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran

4. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urin


5. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam
Kolaborasi :
1. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berry dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aamurin.
Mandiri
1. peningkatan hidrasi membilas bakteri.
2. retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal)
3. akumulasi sisa uremik dan ketidak seimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat
4. memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
5. untuk mencegah statis urin

Kolaborasi :
1. aamurin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin

No.
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tujuan dan
Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
3.
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
ditandai dengan
DS   :
·                  Pasien mengatakan badannya panas


DO   :
·               Suhu tubuh pasien meningkat 38-390C
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan ... x 24 jam diharapkan masalahhipertermia pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Suhutubuhdalambatas normal (360C – 370C)

Mandiri
1. Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan.



2. Berikan kompres.



3. Anjurkan kepada pasien untuk memakai baju yang tipis dan menyerap keringat untuk klien
4. Anjurkan kepada klien untuk minum lebih banyak.

Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam pemberin antipiretik
Mandiri
2. pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
2. penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui kompres.
3. penurunan suhu dapat dilkukan dengan teknik evaporasi

4. hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh


Kolaborasi
1. antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat pengatur suhu di hipotalamus.

No.
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tujuan dan
Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
4.
Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik, nyeri
ditandai dengan
DS:
·         Pasien mengatakan susuah tidur di malam hari
·         Pasien mengatakan hanya bisa tidur 2 sampai 3 jam / hari
·         Pasien mengatakan sering terbangun di malam hari
·      Pasien mengatakan tidak bisa tidur siang


DO :
·         Mata pasien terlihat lelah dan merah
·         Terdapat lingkar hitam pada mata
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan ... x 24 jam diharapkan masalah insomnia pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Istirahat dan tidur adekuat
2. Tidak terbangun pada malam hari
Mandiri
1. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi


2. Libatkan keluarga untuk menemani pasien mengobrol atau pun pada saat tidur
3. Atur tata ruangan agar senyaman mungkin dan terjaga kebersihannya

Mandiri
1.  mengajarkan pasien menarik napas dalam dan mengalihkan perhatian akan membuat pasien lebih rileks dan tidak memikirkan rasa nyerinya

2. agar pasien tidak merasa sendirian sehingga tidak terlalu memikirkan penyakitnya

3.agar pasien merasa nyaman untuk beristirahat dan tidur.







No.
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tujuan dan
Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
5.
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
ditandai dengan
DS:
·         Pasien mengatakan tidak paham tentang penyakitnya
·         Pasien mengatakan tidak tahu tentang pengobatan penyakitnya

DO :
·         Pasien terlihat  bingung ketika ditanya tentang penyakitnya
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan ... x 24 jam diharapkan masalahkurang pengetahuan pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Menyatakan dan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Mandiri
1. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datanng

2. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic: tujuan, gambaran singkat, persiapan yang dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan
3. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatan sesudah pemeriksaan
4. Instruksikan pasien untuk menggunakan obat  yang diberikan sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berry



5. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.
Mandiri
1. memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan informasi.
2. pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan, membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.


3. instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan



4.  Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berry membantu mempertahankan keadaan asam urin dan mencegah pertumbuhan bakteri
5. Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidak patuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik




5.        Pelaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan. (Aziz, 2006).
6.        Evaluasi
a.         Nyeri teratasi
b.        Tidak mengalami gangguan eliminsi urin, urin lancar tanpa tersendat
c.         Suhu tubuh dalam rentang normal (360C – 370C)
d.        Istirahat dan tidur adekuat
e.         Klien mendapat pengetahuan baru dan mengerti tentang penyakit serta pengobatannya
7.        WOC
(Terlampir)


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi  6 Volume 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC


0 komentar:

Posting Komentar

Detik - detik Tsunami Kota Palu