Senin, 04 Desember 2017

LP ASMA BRONCHIALE



LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONCHIALE

A.      DEFINISI PENYAKIT
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). (iman somantri, 2008)
Asma bronchial adalah suatu penyakit kronis yang ditandai dengan adanya peningkatan kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsang dari luar (debu, serbuk, bunga, udara dingin, makanan, dan lain-lain) yang menyebabkan penyempitan saluran nafas yang meluas dan dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan.

B.       MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan Gejala :
1.        Dyspnea parah dengan ekspirasi memanjang
2.        Wheezing
3.        Batuk Produktif
4.        Penggunaan obat bantu nafas
5.        Sianosis, takikardi, gelisah dan pulsus parodoksus
6.        Hiperkapnia
7.        Anoreksia
8.        Diaphoresis
C.      PATOFISIOLOGI
Infeksi  merusak  dinding  bronchial,  sehingga  akan  menyebabkan  struktur penunjang dan meningkatnya produksi sputum kental yang akhirnya akan mengobstruksi bronkus. Dinding secara permanen menjadi distensi oleh batuk yang berat, infeksi meluas ke jaringan peribronchial. Pada kondisi ini timbullah saccular bronchiectasis. Setiap kali dilatasi, sputum kental akan berkumpul dan akan menjadi abses paru, eksudat keluar secara bebas melalui bronkus. Bronchiectasis biasanya terlokalisasi dan mempengaruhi lobus atau segmen paru. Lobus bawah merupakan area yang paling sering terkena.
Retensi dari sekret dan timbulnya obstruksi pada akhirnya akan menyebabkan obstruksi dan colaps (atelektasis) alveoli distal. Jaringan parut (fibrosis) terbentuk sebagai reaksi peradangan akan menggantikan fungsi dari jaringan paru.
Pada saat ini kondisi klien berkembang ke arah insufisiensi pernafasan yang di tandai dengan penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi dan peningkatan ratio residual volume terhadap kapasitas total paru. Kemudian terjadilah kerusakan pertukaran gas dimana gas inspirasi saling bercampur dan terjadi hipoksemia.
Pencetus serangan yaitu berupa alergen, emosi, stress, obat-obatan, infeksi dan lain lain dapat menimbulkan antigen dan antibodi, kemudian dikeluarkan lah substansi vasoaktif / sel mast (histamin, bradikin, anafilaktin, prostaglandin) setelah itu terjadilah kontraksi otot polos (bronkospasme), peningkatan permeabilitas kapiler (edema, mukosa, hipersekresi), dan sekresi mukus meningkat kemudian obstruksi saluran nafas yang menyebabkan batuk, dyspnea dan mengi.

D.      PATHWAY
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD91zuWOKbFeNyf42ohaH9PjvQl0F5Ox03_-V5V1Yhluk19VZrchKyerj3yLpkKSVfUdopAdKI4fvCWLrcofO51nw4BgpJUlpMVufqd-OBpUsRUiGRzFYCXzZF1sVm4u-hzVK58M2GTWg/s1600/slide-17-728.jpg
E.       PENATALAKSANAAN MEDIS DAN FARMAKOLOGI
1.        Terapi Obat
Penatalaksanaan medis pada penderita asma bisa dilakukan dengan penggunaan obat-obatan asma dengan tujuan penyakit asma dapat dikontrol dan dikendalikan. Penggolongan obat-obatan asma, sebagai berikut :
a.         Obat-obatan anti peradangan (preventer)
Usaha pengendalian dalam jangka panjang, mencegah dan mengurangi peradangan, pembengkakan saluran nafas dan produksi lendir.
b.        Obat-obat pelega gejala jangka panjang
Contoh : salmoterol, teofilin, salbutamol
c.         Obat-obat kortikosteroid oral
Berfungsi mengatasi pembengkakan dan peradangan yang mencetuskan serangan asma. Dibutuhkan 6-8 jam agar obat bekerja

Contoh : prednisone, prednisolone, metilprednisolone, deksametason
2.        Alat-alat hirup
Alat hirup disebut juga inhaler puffer adalah alat yang paling banyak digunakan untuk menghantar obat-obatan ke saluran pernafasan atau paru-paru. Alat ini disebut dosis terukur karena memang menghantar suatu jumlah obat yang konsisten terukur dengan setiap semprotan.

F.       PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Pentalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita asma adalah sebagai berikut : memberikan penyuluhan (pendidikan kesehatan), pemberian cairan, fisioterapy, dan pemberian O2 bila perlu.

G.      DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.        Ketidakbersihan jalan nafas
2.        Ketidakefektifan pola nafas
3.        Gangguan Pertukaran Gas
4.        Resiko infeksi
5.        Nyeri Akut




H.      TUJUAN DAN INTERVENSI
NO
DIAGNOSA

NOC

NIC
1.
Ketidakbersi
Respiratory status : Airway


Airway Management



han jalan
Patency




1. Posisikan pasien untuk

nafas b.d
Setelah dilakukan asuhan

memaksimalkan ventilasi

Penumpuka
keperawatan selama 3 x 24 jam

2. Auskultasi suara nafas , catat

n sekret
diharapkan lendir dapat keluar

adanya suara nafas tambahan

Dalam
dan sesak nafas berkurang

3. Berikan bronkodilator bila

Bronki
dengan indicator :

perlu


1.menunjukkan jalan nafas

4. Anjurkan pasien minum air


paten ( klien tidak merasa

hangat


tercekik , irama nafas ,







frekuensi pernafasan dalam







rentang normal , tidak ada







suara nafas abnormal )

























2.
Nyeri akut
Pain Control



Pain Management



b.d agen
Setelah dilakukan asuhan

1. Lakukan pengkajian nyeri

injuri
keperawatan selama 3 x 24 jam

secara komprehensif termasuk

biologis
diharapkan nyeri berkurang

lokasi , karakteristik , durasi ,


dengan indicator :

frekuensi , kualitas dan faktor


1. Mampu mengontrol nyeri (

prespitasi


tahu penyebab nyeri , mampu

2. Observasi reaksi nonverbal


menggunakan teknik

dari ketidaknyamanan


nonfarmakologi untuk

3. Gunakan teknik terapeutik


mengurangi nyeri , mencari

untuk mengetahui pengalaman


bantuan )

nyeri klien


2. Melaporkan bahwa nyeri

4. Ajarkan teknik


berkurang dengan

nonfarmakologi


menggunakan management

Tingkatkan istirahat


Nyeri







3. Menyatakan rasa nyaman







setelah nyeri berkurang











3.
Hambatan
Mobility Level


Exercise Therapy : Ambulation


mobilitas
Setelah dilakukan asuhan

1. Monitoring vital sign

fisik b.d
keperawatan selama 3 x 24 jam

sebelum dan sesudah latihan

Ketidaknya
diharapkan klien dapat

dan kaji respon pasien saat

manan /
beraktifitas tanpa keluhan

latihan

nyeri
apapun dengan indicator :

2. Kaji kemampuan klien


1. Klien meningkat dalam

dalam mobilisasi


aktifitas fisik

3. Dampingi dan bantu klien


2. Memverbalisasikan perasaan

saat mobilisasi dan bantu


dalam peningkatan kekuatan

penuhi kebutuhan ADL’s


dan kemampuan berpindah


















0 komentar:

Posting Komentar

Detik - detik Tsunami Kota Palu