Senin, 04 Desember 2017

LP KATARAK



LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN PRE DAN POST OPERASI KATARAK


A.    Definisi
Katarak adalah kekeruhan (bayangan seperti awan) pada lensa tanpa disertai rasa nyeri yang berangsur-angsur penglihatan menjadi kabur dan akhirnya tidak dapat melihat oleh karena mata tidak dapat menerima cahaya. Apapun katarak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.    Katarak senilis. Dapat dibagi dalam 4 stadium yaitu:
a.    Katarak insipien : kekeruhan lensa sangat tipis terutama di bagian perifer kortek. Biasanya tidak menimbulkan gangguan penglihatan dan masih dapat dikoreksi 6/6.
b.   Katarak imatur: kekeruhan terutama terjadi di bagian posterior uji bayangan masih positif. Visus 3/60-6/30.
c.    Katarak matur: kekeruhan lensa sudah menyeluruh dan uji bayangan sudah negatif. Tajam penglihatan bervariasi antara 1/300 – seper tak terhingga.
d.   Katarak hipermetur: terjadi pengerutan kapsul lensa, kortek lensa mencair dan nukleus bergerak ke bawah disebut juga katarak Morgagni.
2.      Katarak komplikata: katarak yang berkembang sebagai efek langsung dari adanya penyakit intraokuler sesuai fisiologi lensa. Misal: uveitis anterior kronis, gloukoma kongesti akut.
3.      Katarak toksika: jarang terjadi, biasanya karena obat steroid, klorpromazin, preparat emas.
4.      Katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik: bisa menyertai kelainan sistemik DM, sindroma hipokalsemi, hipoparatiroidisme.
5.      Katarak traumatik: katarak akibat trauma, paling sering adanya korpus alienum yang menyebabkan lesi atau injury pada lensa atau oleh trauma tumpul pada bola mata.
6.      Katarak kongenital : kekeruhan lensa yang terjadi sejak lahir atau segera setelah lahir.

B.     Etiologi
1)   Ketuaan ( Katarak Senilis )
2)   Trauma
3)   Penyakit mata lain ( Uveitis )
4)   Penyakit sistemik (DM)
5)   Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti German Measles )

C.    Tanda dan Gejala
a.      Tanda : Lensah keruh, penglihatan kabur secara berangsur-angsur tanpa rasa sakit, pupil berwarna putih, miopsasi pada katarak intumessen.
b.      Gejala : Merasa silau terhadap cahaya matahari, penglihatan kabur secara berangsur-angsur tanpa rasa sakit, penglihatan diplolia monokuler  (dobel), persepsi warna berubah, perubahan kebiasaan hidup.

D.      Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.  Lensa mengandung tiga komponen anatomis.  Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior.  Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan .  Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus.  Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.  Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa.  Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.  Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.  Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.  Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal.  Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.





























Resiko infeksi
 
 































E.     Pemeriksaan Penunjang
1)      Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2)      Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,  glukoma.
3)      Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4)      Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5)      Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6)      Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
7)      Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8)      EKG, kolesterol serum, lipid
9)      Tes toleransi glukosa : kotrol DM  

F.     Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.  Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma. Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1)      Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2)      Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak.  Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.
setelah itu, untuk koreksi afakia dapat dipakai : kacamata, lensa kontak atau pemasangan/implantasi lensa intra okuler.




G.    Asuhan Keperawatan
1.    Pengkajian
a.    Data Subyektif
·       Pasien mengatakan penglihatan kabur/berawan
·       Pasien mengatakan silau bila terpancar sinar yang terang
·       Pasien mengatakan penglihatan dobel
·       Persepsi warna berubah
b.    Data Obyektif
·       Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
·       Perubahan aktivitas dari biasanya
·       Penurunan visus
·       Kekeruhan pada lensa
c.    Riwayat Penyakit
·      Sudah berapa lama
·      Riwayat pengobatan
·      Riwayat trauma
·      Riwayat penyakit sebelumnya
·      Riwayat penyakit keluarga/ keturunan
2.    Analisa Data
a.    Pre operasi
No
DATA
ETIOLOGI
MASALAH

DS:  Klien menyatakan penglihatan tidak jelas
DO: adanya gangguan penglihatan, ketajaman mata menurun, diplopia
Katarak
 

Lensa mata keruh
 

Penurunan visus
 

Penglihatan kabur

Gangguan penerimaan sensori

Gangguan persepsi sensori penglihatan


Gangguan persepsi sensori penglihatan
No
DATA
ETIOLOGI
MASALAH

DS: klien mengatakan aktivitasnya dibantu
DO: Ketajaman penglihatan berkurang, kebutuhan ADL dibantu keluarga.
Katarak

Lensa mata keruh
 

Penurunan visus

Penglihatan kabur
 

Resiko terjadi cidera
Resiko terjadi cidera

DS: Klien menyatakan kecemasan menghadapai rencana operasi
DS: Klien tampak gelisah, sering bertanya, poliuri, tekanan darah dan nadi meningkat
Katarak

Lensa mata keruh
 

Penurunan visus

Penglihatan kabur
 

Rencana operasi

cemas
Cemas

b.      Post Operasi
No
DATA
ETIOLOGI
MASALAH

DS:  Klien menyatakan penglihatan terbatas hanya dengan satu mata
DO: ada bekas operasi di mata/ mata di perban
Katarak
 

Lensa mata keruh
 

Penurunan visus
 

Penglihatan kabur

Gangguan penerimaan sensori

Gangguan persepsi sensori penglihatan
Gangguan persepsi sensori penglihatan

No
DATA
ETIOLOGI
MASALAH

DS:  Klien menyatakan penglihatan tidak jelas
DO: adanya gangguan penglihatan, ketajaman mata menurun, diplopia
Katarak
 

Prosedur insisi mata
 

Insisi mata
 

merupakan jalan bagi organisme untuk masuk
 

Resiko infeksi
Resiko infeksi

DS: klien menyatakan nyeri mata bekas operasi
DO: klien meringis kesakitan, istirahat kurang
Katarak

Insisi mata

Reseptor nyeri ke cerebral

nyeri
Nyeri akut

3.    Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi:
a.    Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d perubahan persepsi sensori, perubahan penangkapan sensori, transmisi dan integrasi.
b. Cemas b.d  krisis situasional, ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan.
c. Resiko cedera b.d fungsi regulasi (tidak berfungsinya sensori)

Post Operasi:
a.    Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori organ indera.
b.    Nyeri akut b.d agen injury fisik
c.    Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan prosudur invasive (bedah pengangkatan karatak)



4.      Intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Nyeri akut
















Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ..... x 24 jam nyeri akut dapat diatasi dengan kriteria:
- Skala nyeri  menurun
- Klien merasa nyaman
- Kecukupan istirahat dan tidur.
- Kemampuan aktivitas





-    Kaji ulang kondisi nyeri


-    Gunakan komunikasi teraupetik
-    Evaluasi pengalaman nyeri pasien


-    Meminimalkan faktor pencetus nyeri
-    Ajarkan teknik distraksi

-    Kolaborasi denagn dokter untuk pemberian analgetik
-  Dengan mengetahui kondisi nyeri dapat menentukan tindak-an selanjutnya
-  Dgn komunikasi teurapetik dpt membantu mengu-rangi rasa nyeri.
-  Dgn adanya pengalaman nyeri dpt membantu membiasakan rasa nyeri yg dialami.

-  Dpt menghindari bertambahnya rangsang nyeri.
-  Walau Cuma sesaat tp dpt melatih untuk menghilang kan/ mengurangi  nyeri.
-  Dgn analgetik dpt memutus reseptor nyeri ke cerebral










Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Resiko infeksi

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .... x 24 jam infeksi dapat dicegah dengan kriteria
-      Bebas tanda infeksi
-      Sel darah putih dalam batas normal
-      Jelaskan tanda dan gejala infeksi

-      Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
-      Gunakan teknik steril dalam perawtan luka.
-      Pertahankankan intake nutrisi dan cairan.
-      Kelola antibiotik sesuai order
-   Dpt melukan tindakan sedini mungkin untuk mencegah infeksi
-   Meminimalkan invasi mikroorganisme penyebab infeksi

-   Dpt manjaga kebersihan luka dr kuman

-    Dpt menjaga keseibangan cairan dlm tubuh shg luka akan cepat sembuh
-    dpt menjaga kekebalan tubuh dari kuman
Cemas
Setelah 4 kali tindakan perawatan rasa cemas dapat dihilangkan/  diminimalisir dengan kriteria:
-    klien menyatakan sudah siap operasi
-    klien tenang
-    tekakan darah dan nadi dalam batas normal
-      Jelaskan pada pasien prosedur operasi
-      Beri motivasi kesembuhan dan libatkan keluarga
-      Anjurkan untuk napas dalam.
-      Kolaborasi dengan tim rohani

-    Dpt memotivasi klien untuk  dalam  menghadapi operasi.

-    Dpt memotivasi klien untuk  dalam  menghadapi operasi.

-    Denghan napas dalam diharapkan membuat relaks
-    Dengan pencerahan diharapkan klien tenang.





Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Gangguan persepsi sensori penglihatan












Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ..... x 24 jam persepsi sensori penglihatan baik dengan kriteria:
- tidak ada gangguan penglihatan
- diplopia tidak ada
- klien menyatakan  dapat melihat dengan  jelas
-    Tentukan ketajaman penglihatan
-    Orientasikan pasien terhadap linkungan dan libatkan keluarga
-    Ingatkan klien untuk memakai kecamata katarak

-  Dapat menentukasn tindakan keperawatan selanjutnya
-  Dgn mengetahui lingkungan klien dapat menentukan focus mata

-  Dgn memakai kecamata klien dapat melihat lingkungan.

Resiko cidera
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ..... x 24 jam cidera tidak ada dengan kriteria:
- klien mengetahui lingkungan
- keluarga selalu mendampingi klien

-    Orientasikan pasien terhadap linkungan dan libatkan keluarga
-    Batasi aktifitas klien di tempat tidur
-  Dgn mengetahui lingkungan klien dapat menentukan focus mata

-  Dengan membatasi diharapkan cidera tidak ada






DAFTAR PUSTAKA



Arif, et al, (2005) Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta.

Barbara C. Long, (2004) Pendekatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, dalam Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Bandung.

Carpenito. L.J., (2004), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

Doenges M, (2004) Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan), EGC, Jakarta.

Marjory godon,dkk. 2004. Nursing diagnoses: Definition & classification 2005-2006. NANDA

Sidarta Ilyas. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI



















LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PRE DAN POST OPERASI KATARAK

DI POLIKLINIK MATA RSUD KOTA BANJAR






STIK BP BARU berwarna
 










Disusun oleh :
ATTIH HARTINI SUTISNA, SKep




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA
PROGRAM STUDI S–1   ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2017

0 komentar:

Posting Komentar

Detik - detik Tsunami Kota Palu