LAPORAN
PENDAHULUAN
TONSILITIS
A.
Definisi
Tonsilitis
Tonsil merupakan
kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki keaktifan
munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar
ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman, memasuki tubuh melalui mulut,
hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami
peradangan.
Tonsilitis adalah
radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A Streptococcus beta
hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh
infeksi virus (Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada
hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak
(Sriyono, 2006).
Tonsilitis adalah
infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan inveksi tonsil
yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang
terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).
Tonsilitis akut adalah
radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus,
streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh
virus (Mansjoer, A. 2000).
Tonsilitis kronik
merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang. Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi
lengkap dari suatu serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan
kelenjar regional tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran
permanen dan gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan
bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993).
Berdasarkan definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil yang
disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A Streptococcus beta hemolitik,
Streptococcus viridons dan Streptococcus pyrogenes na mun disebabkan juga oleh
bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus. Tonsilitis biasanya sering dialami
anak-anak yang disertai demam dan nyeri pada tenggorokan.
B.
Etiologi
Tonsilitis
Penyebab tonsilitis
bermacam – macam, diantaranya adalah yang dibawah ini:
1.
Streptokokus Beta Hemolitikus
2.
Streptokokus Viridans
3.
Streptokokus Piogenes
4.
Virus Influenza
Infeksi ini menular
melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections).
Menurut Adams George
(1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh
streptokokus beta hemolitikus grup A adalah :
1.
Pneumococcus
2.
Staphilococcus
3.
Haemalphilus influenza
4.
Kadang streptococcus non hemoliticus
atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N
(1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.
1.
Streptococcus B hemoliticus grup A
2.
Streptococcus viridens
3.
Streptococcus pyogenes
4.
Staphilococcus
5.
Pneumococcus
6.
Virus
7.
Adenovirus
8.
ECHO
9.
Virus influenza serta herpes
Menurut Firman S
(2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus.
Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai
tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri
maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.
C.
Pathway
Tonsilitis
D.
Patofisiologi
Tonsilitis
Tonsilitis menurut
Nurbaiti (2001) terjadi karena bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui
saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring
kemudian menyebar melalui sistem limpa ke tonsil. Adanya bakteri virus patogen
pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil
membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat
mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat
berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit
tenggorokan, nyeri menelan, demam tinggi, bau mulut serta otalgia yaitu nyeri
yang menjalar ke telinga.
Tonsilitis akan
berdampak terhadap sistem tubuh lainnya dan kebutuhan dasar manusia (Nurbaiti,
2001) meliputi :
1.
Sistem Gastrointestinal
Klien
sering merasa mual dan muntah, nyeri pada tenggorokan sulit untuk menelan
sehingga klien susah untuk makan dan sulit untuk tidur.
2.
Sistem Pulmoner
Klien
sering mengalami sesak nafas karena adanya pembengkakan pada tonsil dan faring,
klien sering batuk.
3.
Sistem Imun
Tonsil
terlihat bengkak dan kemerahan, daya tahan tubuh klien menurun, klien mudah
terserang demam.
4.
Sistem Muskuloskeletal
Klien
mengalami kelemahan pada otot, otot terasa nyeri keterbatasan gerak, klien
susah untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
5.
Sistem Endokrin
Adanya
pembengkakan kelenjar getah bening, adanya pembesaran kelenjar tiroid.
E.
Manifestasi
Tonsilitis
Pasien mengeluh
ada penghalang di
tenggorokan, terasa kering
dan pernafasan berbau, rasa sakit terus menerus pada kerongkongan dan
sakit waktu menelan. Pada pemeriksaan, terdapat 2 macam gambaran tonsil yang mungkin tampak:
1.
Tampak
pembesaran tonsil oleh
karena hipertrofi dan perlengketan ke jaringan
sekitar, kripte yang
melebar, tonsil ditutupi
oleh eksudat yang purulen atau seperti keju.
2.
Mungkin juga dijumpai tonsil tetap
kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti terpendam di
dalam tonsil bed
dengan tepi yang
hiperemis, kripte yang melebar dan ditutupi eksudat yang
purulen.
Manifestasi klinis
menurut smeltzer (2001) adalah:
1.
Sistem Gastointestinal
a.
Nyeri pada tenggorokan, adanya virus dan
bakteri
b.
Nyeri saat menelan, adanya pembengkakan
pada tonsil
c.
Anoreksia : mual dan muntah
d.
Mulut berbau
e.
Bibir kering
f.
Nafsu makan berkurang
2.
Sistem Pernafasan
a.
Sesak nafas karena adanya pembesaran
pada tonsil
b.
Faring hiperimisis : terdapat detritus
c.
Pernafasn bising.
d.
Edema faring
e.
Batuk
3.
Sistem Imun
a.
Pembengkakan kelenjar limpah leher
b.
Pembesaran tonsil
c.
Tonsil Hiperemia
d.
Demam atau peningkatan seluruh tubuh
4.
Sistem Muskuloskeletal
a.
Kelemahan pada otot
b.
Letargi
c.
Nyeri pada otot
d.
Malaise
F.
Klasifikasi
Tonsilitis
1.
Tonsilitis Akut
Tonsilitis Akut disebabkan oleh streptococcus pada
hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus pyogene, dapat juga
disebabkan oleh virus.
2.
Tonsilitis Falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya
diliputi eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut
detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat
peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.
3.
Tonsilitis Lakunaris
Bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna
(lekuk-lekuk) permukaan tonsil.
4.
Tonsilitis Membranosa (Septis Sore
Throat)
Eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang
membengkak tersebut menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat
atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan.
5.
Tonsilitis Kronik
Tonsilitis yang berluang, faktor predisposisi :
rangsangan kronik (rokok, makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang
tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.
G.
Penatalaksanaan
pada Tonsilitis
Penanganan pada klien
dengan tonsilitis akut adalah :
1.
pemberian antibiotik baik injeksi maupun
oral seperti cefotaxim,penisilin, amoksisilin, eritromisin dll
2.
antipiretik untuk menurunkan demam
seperti parasetamol, ibuprofen.
3.
analgesik
4.
Pemberian cairan 2-2,5 liter/hari
5.
kompres dengan air hangat
6.
istirahat yang cukup
7.
pemberian cairan adekuat, perbanyak
minum hangat
8.
kumur dengan air hangat
H.
Pemeriksaan
Diagnostik pada Tonsilitis
1.
Test laboratorium
Test
laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh
pasien merupakan bakteri grup A, karena grup ini disertai dengan demam rematik,
glomerulunefritis dan demam jengkering.
2.
Pemeriksaan penunjang
Kultur
dan uji resistensi bila diperlukan
3.
Terapi
Dengan
menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik dan obat
kumur yang mengandung desinfektan.
I.
Komplikasi
Tonsilitis
Faringitis merupakan
komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam rematik, nefritis dapat
timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman streptokokus.
Komplikasi yang lain
dapat berupa :
1.
Abses pertonsil
Terjadi
diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus
group A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
2.
Otitis media akut
Infeksi
dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang
telinga ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
3.
Mastoiditis akut
Ruptur
spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid
( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
4.
Laringitis
Merupakan
proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx. Peradangan ini
mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus, bakter, lingkungan,
maupunmkarena alergi ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
5.
Sinusitis
Merupakan
suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih dari sinus
paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari
dinding yang terdiri dari membran mukosa ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
6.
Rhinitis
Merupakan
penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan nasopharynx ( Reeves,
Roux, Lockhart, 2001 ).
J.
Konsep
Asuhan Keperawatan Tonsilitis
1.
Pengkajian
a.
Identitas klien
b.
Keluhan utama
c.
Riwayat penyakit sekarang
d.
Riwayat kesehatan masa lalu
e.
Riwayat kesehatan keluarga
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
inspeksi menunjukkan pembengkakan, lesi,
atau asimetris hidung, perdarahan.
b.
inspeksi mukosa hidung, warna kemerahan,
pembengkakan atau ekstudat dan polip hidung, yang mungkin terjadi dala rhinitis
kronis
c.
palpasi sinus frontalis dan maksilaris,
terhadap nyeri tekan yangmenunjukkan inflamasi.
d.
inspeksi tenggor, warna kemerahan, lesi
e.
inspeksi tonsil dan faring, warna
kemerahan, asimetri, asanya drainase, ulserasi, atau pembesaran
f.
palpasi trachea, apakah posisi pada
garis tengah leher, apakah ada massa, deformitas
g.
palpasi nodus limfe leher, apakah
terjadi pembesaran, nyeri tekan yang berkaitan.
3.
Diagnosa Keperawatan
a.
Hipertermi berhubungan dengan proses
penyakit
b.
Nyeri akut berhubungan dengan
pembengkakan jaringan tonsil
c.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan
4.
Rencana Asuhan Keperawatan
Dx
1.
Hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan
:
Setelah
di lakukan perawatan selama 3x 24 jam tidak ada masalah dalam suhu tubuh
sehingga suhu tubuh kembali normal atau turun
Kriteria
Hasil :
a.
Suhu tubuh dalam rentang normal
b.
Tidak ada pembengkakan pada dan kemerahan
pada tonsil klien
c.
Kulit tidak teraba panas
Intervensi
:
a.
Pantau suhu minimal dua jam sekali
sesuai dengan kebutuhan
b.
Pantau warna kulit dan suhu
c.
Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya
2 liter sehari
d.
Gunakan waslap dingin (atau kantong es
yan di balut dengan kain) di aksila, kening tengkuk, dan lipat paha
e.
Ajarkan pasien/ keluarga dalam mengukur
suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia (misalnya : sangat
panas, dan keletihan akibat panas
f.
Berikan obat antipiretik, jika perlu
gunakan matras dingin
g.
Dan mandi air hangat untuk mengatasi
gangguan suhu tubuh, jika perlu
Dx
2.
Nyeri
akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil
Tujuan
:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan manajemen nyeri selama 1x 24 jam diharapkan
tidak ada masalah nyeri dengan skala 5 sehingga nyeri dapat hilang atau
berkurang.
Kriteria
hasil :
a.
klien mengatakan tidak sakit saat
menelan makanan
b.
Klien tidak nyeri tenggorokan
c.
Nyeri berkurang atau hilang
d.
Tonsil sudah tidak bengkak
Intervensi
:
a.
Minta pasien untuk menilai nyeri atau
ketidaknyamanan pada skala 0-10
b.
Hadir di deket pasien untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman dan aktivitas lain untuk membantu relaksasi
c.
Intruksikan pasien untuk
menginformasikann kepada perwat jika peredaan nyeri tidak dapat tercapai
d.
Laporkan kepada dokter jika tindakan
tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna
dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu
Dx.3
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan
:
Setelah
di lakukan tindakan keperawatan 5x24 jam kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria
hasil :
a.
Porsi makan klien dapat di habiskan
b.
Klien tidak menolak lagi pada saat di
berikan makan
c.
Kembalinya nafsu makan klien
Intervensi
:
a.
Pantau nilai laboraturium, khususnya
transferin, albumin dan elektrolit
b.
Buat perencanaan makan dengan pasien
yang masik dalam jadwal makan, lingkungan makan, kesukaaan dan ketidaksukaan
pasien serta suhu makanan
c.
Ajarkan pasien dan keluarga tentang
makanan yang bergizi dan tidak mahal
d.
Diskusikan dengan ahli gizi dalam
menentukan kebutuhan protein pasien yang mengalami ketidakadekuatan asupan
protain atau kehilangan protain
5.
Implementasi dan Evaluasi
a.
Implementasi
Pelaksanaan
keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun pada
perencanaan. Prinsip-prinsip impelementasi dalam rencana keperwatan meliputi:
1)
Membina hubungan saling percaya dengan
klien
2)
Memberikan O2 dengan menggunakan nasal
3)
Memonitor status oksigen pasien
4)
Mengkaji skala nyeri
5)
Mengkolaborasi pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri
6)
Mengevaluasi tindakan pengurangan nyeri
7)
Memonitor TTV
b.
Evaluasi
Adapun
evaluasi dari tiap-tiap masalah yang ada sebagai berikut:
1)
Hipertermi berhubungan dengan proses
penyakit
Suhu
tubuh dalam rentang normal 36-370C, keadaan, kulit dalam batas normal tidak
mengalami turgor kulit yang jelek, nadi dan pernapasan dalam batas normal yaitu
80 x/menit dan pernapasan 18 x/menit.
2)
Nyeri akut berhubungan dengan
pembengkakan jaringan tonsil
a)
Pasien menyatakan nyeri
b)
Pasien nampak rileks, muka tenang
c)
Pasien dapat tidur/ istirahat dengan
nyaman
3)
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan
a)
Kehilangan berat badan minimal
b)
Intake nutrisi adekuat
c)
Pasien dapat mwenghabiskan porsi makan
yang disediakan.
d)
Mual muntah tidak ada
e)
TB dan BB seimbang
f)
Iritasi gastrointestinal berkurang
DAFTAR
PUSTAKA
Adams, George L. 1997.BOISE Buku Ajar Penyakit
THT.Jakarta:EGC.
Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan
: Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa
I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC.
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar.
2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI.
R. Sjamsuhidajat &Wim de jong.1997. Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta :EGC
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor
Monica Ester, dkk. Ed.8. Jakarta : EGC;
Soeparman, dkk. 1990. Ilmu penyakit dalam. (Edisi
kedua). Jilid II. Jakarta: Balai penerbit FK-UI.
Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis
Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.
0 komentar:
Posting Komentar