LAPORAN PENDAHULUAN
THALASSEMIA
DISUSUN OLEH :
ATTIH HARTINI SUTISNA,
S.Kep
NIM : 4012180010
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES BINA PUTERA BANJAR
TAHUN 2017/2018
|
LAPORAN
PENDAHULUAN
THALASSEMIA
A.
Pengertian Thalassemia
1. Thalassemia adalah sekelompok heterogen anemia
hipopkromik herediter dengan berbagai derajat keparahan (Nelson, 2000).
2. Thalassemia adalah penyakit anemia hemolitik
dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur
eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari) yang diturunkan secara resesif.
3. Thalassemia adalah penyakit keturunan (genetik)
yang menyerang sel darah merah. Gen yang rusak adalah gen penyedia hemoglobin,
komponen yang terpenting dari sel darah merah (Presistiyadi, 2005).
4. Thalasemia merupakan suatu penyakit kongenital herediter yang
diturunkan secara autosom berdasarkan kelainan Hb, dimana satu atau lebih
rantai polipeptida Hb kurang atau tidak terbentuk sehingga terjadi anemia
hemolitik (Broyles, 1997)
B.
Klasifikasi Thalassemia
1. Berdasarkan gangguan pembentukan rantai globin :
a. α Thalassemia adalah defisiensi pada rantai α
1)
Terjadi
karena pengurangan atau kehilangan gen
2)
Jika hanya
satu gen yang hilang, merupakan pembawa yang tertutup dan tidak memiliki
tanda-tanda yang signifikan.
3)
Jika dua gen
yang hilang, merupakan pembawa thalassemia alpha dan gambaran anemia mikrositik
hipokromic.
4)
Jika ada 3
gen yang hilang disebut hemoglobin H, dengan tingkat keparahan yang bervariasi,
tapi lebih rendah dari thalassemia beta mayor.
5)
Jika 4 gen
yang hilang dinamakan barts hemoglobin; hidrosepalus pada janin dalam rahim
atau kematian bayi yang cepat.
6)
Pada
thalassemia ini tidak ada indikasi pengobatan.
7)
Empat gen
yang hilang maka akan mengancam jiwa.
8)
Jika 3 atau
kurang gen yang hilang maka akan menimbulkan anemia yang ringan.
b. β Thalassemia adalah defisiensi pada rantai β
merupakan hasil dari mutasi gen.
2. Berdasarkan Gejala
Terdiri dari 3 bentuk :
a.
β Thalassemia
minor atau thalasemia trait ditandai oleh anemia mikrositik bentuk heterozigot, tidak memberi gejala klinis
yang jelas.
1.) Anemia ringan
2.) Bentuk heterozigot
3.) Asimtomatik yaitu tidak menunjukan tanda dan
gejala
4.) Hb A2 ↑ ± 5,1 %
5.) Hb F ↑ 3 – 5 %
6.) MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) < 26.
7.) Ovelositosis adalah eritrositnya berbentuk lonjong
(oval) 50 – 90 %
8.) Mikrositik
9.) Anemia defisiensi Fe
Treatment
1.) Tidak perlu terapi
2.) Konseling perkawinan
b. β Thalassemia intermedia ditandai oleh splenomegali,
anemia berat, bentuk homozigot.
1.) Homozigot β thalasemia tingkatannya sedang
2.) Kelebihan besi dapat terjadi
3.) Hb 6 – 8 gr/dl tanpa tranfusi.
c. β Thalassemia mayor ditandai oleh anemia berat, bentuk homozigot, gejala
klinis nyata, tidak bisa hidup tanpa tranfusi.
1.) Biasanya homozigot
2.) Gejalanya:
a.) Anemia berat menjadi nyata pada usia 3 – 6 bulan,
ketika peralihan dari produksi rantai α ke β terjadi.
b.) Pembesaran hati dan limpa karena penghancuran
eritrosit berlebih, hemopoiesis extra medula, kelebihan beban besi.
c.) Pembesaran tulang karena hiperplasia sumsum tulang
“Facies Thalasemia” (mongoloid).
3.) Manifestasi klinik
a.) Umum : Pertumbuhan terhambat, pucat, cengeng,
kuning / ikterus.
b.) Abdomen : Hepatosplenomegali
c.) Skeletal : Tengkorak ( penonjolan tulang ),
Frontal, hidung rata, maxila hipertropi.
d.) Lain – lain : Kurang vitamin E, Zn, B12, asam
folat.
4.) Laboratorium
a.) Hb 3 – 7 gr/dl
b.) MCV (Mean Corpuscular Volume) turun
c.) Psikilositosis : Variasi abnormal dalam bentuk sel
menunjukan sel bentuknya tetesan air mata, buah pear, topi dan oval.
d.) Anisositosis : Variasi abnormal dalam ukuran sel
e.) Hipochromia : Warna-warna pada kandung Hb lebih
rendah dari normal.
f.) Hb F > 60 %.
5.) Treatment
a.) Folic acid : 1 mg/hari
b.) Transplantasi sumsum tulang
c.) Tranfusi darah
d.) Lindungi anak dari efek tranfusi darah
(hemosiderosis, Penularan infeksi, Alloimunisasi, Reaksi tranfusi).
e.) Vitamin C
C.
Etiologi
Kelainan pada hemoglobin, karena
adanya gangguan pembentukan hemoglobin yang disebabkan oleh :
1. Gangguan struktural, pembentukan hemoglobin
(hemoglobin abnormal) misalnya pada Hb S, Hb F, Hb D dsb.
2. Gangguan pada jumlah pada salah satu atau beberapa
rantai globin pada talassemia.
3. Faktor genetik
D.
Gambaran Klinis Thalassemia
1. Gejala yang nampak ialah anak lemah, pucat,
perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur, berat badan berkurang. Pada anak
yang lebih besar sering dijumpai adanya gizi buruk, perut membuncit karena
adanya pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba.
2. Gejala lain yang khas ialah bentuk muka yang
mongoloid, hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata lebar dan
tulang dahi juga lebar. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan perkembangan
tulang muka dan tengkorak.
3. Keadaan kulit pucat kekuning-kuningan. Jika pasien
telah sering mendapat tranfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi
akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit. Penimbunan besi (hemosiderosis)
dalam jaringan tubuh seperti pada hepar, limpa, jantung akan mengakibatkan gangguan
faal alat-alat tersebut (hemokromatosis).
E.
Komplikasi Thalassemia
1. Fraktur patologi
2. Hepatosplenomegali
3. Gangguan tumbuh kembang
4. Disfungsi organ
5. Penyakit-penyakit lainnya (gagal jantung kongesti,
aritmia, perikarditis, diabetes millitus, hipomagneium, gangguan perdarahan).
F.
Patofisiologi
Jumlah eritrosit kira-kira 5
juta/mm³
Berumur 120 hari (dewasa)
90 hari (bayi)
Pembentukan
eritropoetin Pembentukannya dirangsang oleh
glikoprotein
Dipengaruhi
oleh eritropoetin yang berasal dari
ginjal
- Perubahan O2 atmosfir
- < O2 darah arteri Pembentukan Hb terjadi di sumsum tulang
- < Konsentrasi Hb
Eritropoetin merangsang sel induk SDM
masuk sirkulasi sbg retikulosit dari
Utk
memulai proliferasi dan sumsum
tulang
Pematangan sel-sel darah merah
Retikulum larut
Pematangan sel darah merah
Dipengaruhi
oleh zat makanan SDM matang
Contoh Vit B12, asam polat,
Protein, enzim dan mineral. SDM
matur, lebih kaku, lebih rapuh
Akhirnya pecah
Hb
dipagositosis terutama di limp, hati
Dan
di sumsum tulang
Hb
di reduksi menjadi
Globin Hem
Masuk kembali
ke Fe Biliverdin CO
Sumber asam
amino
Pada Thalassemia terjadi gangguan
globin
Hb dibentuk oleh 2 pasang rantai
2 rantai α
2 rantai β
Normal 141
asam amino
normal 146 asam amino
ε kromosom 16 pada
org dewasa A1+A2 ε kromosom pada hemoglobin A
Terjadi
pengurangan / kehilangan terjadi mutasi
pd gen dlm
Gen pd rantai α
kromosom rantai β
1-4
gen yang hilang Thalassemia
β defisiensi sintesa rantai
β
Thalassemia α
sintesa rantai α
Kerusakan
pembentukan
Hemolisis
Anemia berat
O2 dibawa Hb Pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
Dan
disuplai oleh tranfusi
Hb menurun
Fe meningkat
Hb yang
mengikat O2 menurun
Hemosiderosis
Suplai O2 ke jaringan menurun Gatal, kulit menjadi
kelabu/hitam
Transport O2 terganggu Ggn
integritas kulit
O2 digunakan utk organ vital aktivasi RAS
Aktivitas
terbatas utk meningkatkan
kerja tubuh
Intoleran
aktivitas REM
menurun
Ggn Tidur
Thalassemia β
Menstimulasi eritropoesis
Hiperplasia
Sel darah Hemopoesis
ektramedula
Sumsum tulang
merah rusak Penghancuran
eritrosit >>
Kelebihan
beban besi
Perubahan skeletal
hemolisis Splenomegali
limpadenopati
Facies thalassemia anemia Hemosiderosis hemokromatosis
Mongoloid
Maturasi sexsual kulit
kecoklatan fibrosis
dan pertumbuhan
Ggn konsep diri
terhambat
Tinggi badan tidak sesuai dg usia
Ggn konsep diri
Jantung Paru-paru Liver Kandung
Empedu Pankreas Limpa
Hipoksia
Pneumonia Hepatomegali Kolelitiasis diabetes splenomegali
Pemb. Darah berdilatasi sirosis perubahan bentuk
Darah yg kembali
ke jantung
estetika tubuh jelek mudah ruptur
Hanya
karena
Curah
jantung
trauma ringan
Beban jantung meningkat
Gagal jantung
Suplai darah ke jaringan < Penurunan perfusi Suplai O2 kejaringan otak <
energi dlm
tubuh < asupan nutrisi
< pusing nyeri kepala
Kelemahan
fisik
ggn rasa nyaman
G.
Program Terapi
Prinsip terapi pada anak dengan
thalassemia adalah mencegah terjadinya hipoksia jaringan. Tindakan yang
diperlukan adalah :
1. Transfusi darah, diberikan bila kadar Hb rendah
sekali (kurang dari 6 gr %) atau anak terlihat lemah dan tidak ada nafsu makan.
2. Splenektomi, dilakukan pada anak yang berumur
lebih dari 2 tahun dan bila limpa terlalu besar sehingga resiko terjadinya
trauma yang berakibat perdarahan cukup besar.
3. Pemberian roborantia, hindari preparat yang
mengandung zat besi.
4. Pemberian Desferioxamin untuk menghambat proses
hemosiderosis yaitu membantu ekskresi Fe. Untuk mengurangi absorbsi Fe melalui
usus dianjurkan minum teh.
5. Transplantasi sumsum tulang (bone morrow) untuk anak yang sudah berumur di atas 16 tahun. Di
Indonesia, hal ini masih sulit dilaksanakan karena biayanya sangat mahal dan
sarananya belum memadai.
H.
Pencegahan Thalassemia
- Nasihat perkawinan yaitu menghindari perkawinan antara dua pembawa sifat (trait).
- Menganjurkan untuk tidak mempunyai anak lagi, bila telah mempunyai anak yang secara klinik sehat.
- Melakukan aborsi pengobatan terhadap janin yang diketahui kelak akan menderita thalassemia mayor (pemeriksaan untuk diagnosis antenatal dilakukan terhadap ibu hamil muda (16-25 minggu) bila diketahui pasangan tersebut adalah pembawa sifat atau pernah melahirkan anak dengan thalassemia mayor).
I.
Pengkajian
1.
Asal
Keturunan / Kewarganegaraan
Di Indonesia sendiri, thalassemia cukup banyak dijumpai pada
anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak di derita.
2.
Umur
Pada thalassemia mayor yang gejala
klinisnya jelas, gejala tersebut telah terlihat sejak anak berusia kurang dari
1 tahun. Sedangkan pada thalassemia minor yang gejalanya lebih ringan, biasanya
anak baru datang berobat pada umur sekitar 4 – 6 tahun.
3.
Riwayat
Kesehatan Anak
Anak cenderung mudah terkena infeksi
saluran napas bagian atas atau infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena
rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transfort.
4.
Pertumbuhan
dan Perkembangan
Sering didapatkan data mengenai adanya
kecenderungan gangguan terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena
adanya pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi terutama
terutama untuk thalassemia mayor. Pertumbuhan anak fisik anak adalah kecil
untuk umurnya dan ada keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada
pertumbuhan rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat mengalmi
penurunan. Namun pada jenis thalassemia minor sering terlihat pertumbuhan dan
perkembangan anak normal.
5.
Pola Makan
Karena ada anorexia, anak sering
mengalami susah makan, sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai
dengan usianya.
6.
Pola
Aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah
anak seusianya. Anak lebih banyak tidur / istirahat, karena bila beraktivitas
seperti anak normal mudah merasa lelah.
7.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Karena merupakan penyakit keturunan,
maka perlu dikaji apakah ada orang tua yang menderita thalassemia. Apabila
kedua orang tua menderita thalassemia, maka anaknya berisiko menderita
thalassemia mayor. Oleh karena itu, konseling pranikah sebenarnya perlu
dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin
disebabkan karena keturunan.
8.
Riwayat Ibu
Saat Hamil ANC (Ante Natal Care)
Selama masa kehamilan, hendaknya perlu
dikaji secara mendalam adanya faktor risiko thalassemia. Sering orang tua
merasa bahwa dirinya sehat. Apabila diduga ada faktor risiko, maka ibu perlu
diberitahukan mengenai risiko yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah
lahir. Untuk memastikan diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter.
9.
Pemeriksaan fisik
a
Keadaan Umum
Anak biasanya terlihat lemah dan
kurang bergairah serta tidak selincah anak seusianya yang normal.
b
Kepala dan
Bentuk Muka
Anak yang belum / tidak mendapatkan
pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya
mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan
tulang dahi terlihat lebar.
c
Mata dan
konjungtiva terlihat pucat kekuningan.
d
Mulut dan
bibir terlihat pucat kehitaman.
e
Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada
sebelah kiri menonjol akibat adanya pembesaran jantung yang disebabkan oleh
anemia kronik.
f
Perut
Kelihatan membuncit dan pada perabaan
terdapat pembesaran limpa dan hati (hepatosplemagali).
g
Pertumbuhan
fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan berat badannya kurang dari normal.
Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya.
h
Pertumbuhan
organ seks sekunder untuk anak usia pubertas
Ada keterlambatan kematangan seksual,
misalnya, tidak adanya pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis.
Bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya anemi
kronik.
i
Kulit
Warna kulit pucat kekuning-kuningan.
10 Pemeriksaan Diagnostik
a. Biasanya ketika dilakukan pemeriksaan hapusan
darah tepi didapatkan gambaran sebagai berikut:
1.) Anisositosis (sel darah tidak terbentuk secara
sempurna).
2.) Hipokrom yaitu jumlah sel berkurang.
3.) Poikilositosis yaitu adanya bentuk sel darah yang
tidak normal.
4.) Pada sel target terdapat fragmentasi dan banyak
terdapat sel normoblast, serta kadar Fe dalam serum tinggi.
b. Kadar hemoglobin rendah yaitu kurang dari 6 mg/dl.
c. Hematokrit menurun
d. Jumlah retikulosit meningkat ( respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
e. Sel darah putih mungkin meningkat
f. Bilirubin serum meningkat
g. Besi serum tinggi
h. Elektoforesis hemoglobin: peningkatan hemoglobin F
dan A2.
11 Resiko anak yang mendapatkan tranfusi darah
a. Reaksi Segera
1.) Reaksi hemolitik: ketidakcocokan darah,
ketidakcocokan pada tranfusi multipel.
2.) Reaksi demam : antibodi leukosit atau trombosit,
antibodi protein plasma.
3.) Reaksi alergi : resipien bereaksi terhadap alergen
dalam darah donor.
4.) Overload sirkulasi: (tranfusi terlalu cepat,
kelebihan jumlah darah yang ditranfusikan).
5.) Emboli udara : dapat terjadi bila darah
ditranfusikan dibawah tekanan.
b. Hipotermia
Gangguan elektrolit : hiperkalemia
(pada tranfusi masif atau pada pasien dengan masalah ginjal).
c. Reaksi Lambat
1.)
Penularan
infeksi hepatitis, HIV
2.)
Malaria,
sifilis, bakteri atau virus.
d. Aloimunisasi
Pembentukan antibodi terjadi pasien
yang mendapat tranfusi multipel.
J.
Analisa Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
|||||||||||||||||||||||||||
1.
|
Do :
· Frekuensi napas anak:
1 thn > 40 x/mnt
2-3 thn > 30 x/mnt
5 thn > 25 x/mnt
Neonatus > 90 x/mnt
· Napas pendek
· Tampak sesak
· Hb < 6 gr/dl
|
Anemia berat
O2 dibawa Hb
Hb turun
Hb yang mengikat O2 menurun
Suplai O2 kejaringan menurun
Transport O2 terganggu
|
Transport O2 terganggu
|
|||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Do:
· Klien tampak pucat, lemah, lesu
· Pusing
· Hb < 6 gr/dl
|
Anemia berat
Komplikasi pada Jantung
Hipoksia
Pemb. Darah berdilatasi
Meningkatnya darah yang kembali ke jantung
Curah jantung meningkat
Beban jantung meningkat
Gagal jantung
Suplai darah ke jaringan <
Penurunan perfusi ke jaringan
|
Gangguan perfusi jaringan
|
|||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Do :
· Porsi makan klien tidak habis
· Pucat
· BB tidak sesuai usia
· Mual muntah
Ds :
Keluarga klien mengeluh
anaknya tidak napsu makan.
|
Pusing, nyeri kepala
Merangsang vomiting center di hipotalamus
Mual muntah
Penurunan
napsu makan
Asupan nutrisi < dari kebutuhan
|
Pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
|
|||||||||||||||||||||||||||
4.
|
Do :
· Kelemahan otot
· Pergerakan lambat
· Klien tampak lemah, pucat
Ds :
Keluarga mengatakan klien mudah lelah.
|
Suplai O2 ke jaringan menurun
Transport O2 terganggu
O2 digunakan untuk organ vital
Aktivitas terbatas
Intoleransi aktivitas
|
Intoleransi aktivitas.
|
|||||||||||||||||||||||||||
5.
|
Do :
· Muka mongoloid
· Kulit kecoklatan akibat dari tranfusi
(hemosiderosis)
· TB dan BB tidak sesuai usia
· Perubahan bentuk (Splenomegali), estetika tubuh
jelek.
Ds :
Keluarga klien mengatakan klien tidak percaya diri.
|
Perubahan Skeletal
Facies thalassemia Anemia
Mongoloid hemolisis Maturasi
Seksual dan
Pertumbuhan
Terhambat
Fe
meningkat
hemosiderosis
TB tidak
sesuai usia
Ggn Konsep diri
|
Gangguan konsep diri
|
|||||||||||||||||||||||||||
6.
|
Do :
Klien tampak lemah, pucat
Ds :
Keluarga mengatakan klien tidur < dari 8 jam
|
Suplai O2 ke jaringan menurun
Transport O2 terganggu
Aktivasi RAS untuk mengaktifkan kerja tubuh
REM menurun
Gangguan Tidur
|
Gangguan istirahat: tidur
|
|||||||||||||||||||||||||||
7.
|
Do :
· Klien menangis
· Klien tampak cemas
|
Prosedur diagnostik tranfusi
Stressor bagi klien
Klien ketakutan
|
Ansietas / takut
|
|||||||||||||||||||||||||||
8.
|
Do :
Anak menderita
tahalassemia
|
Anak dengan penyakit thalassemia
Thalassemia merupakan penyakit yang berpotensi
mengancam kehidupan
Perubahan proses keluarga
|
Perubahan proses keluarga
|
K.
Diagnosa Keperawatan
- Transport O2 terganggu berhubungan dengan Hemoglobin yang mengikat O2 berkurang ditandai dengan : Hb < 6 gr/dl, napas pendek, tampak sesak, frekuensi napas lebih dari normal.
- Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya penurunan hemoglobin ditandai dengan : Hb < 6 gr/dl, klien tampak pucat, lemah, napas pendek, sesak napas.
- Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah ditandai dengan porsi makan tidak habis, BB tidak sesuai usia, tidak nafsu makan, mual muntah.
- Gangguan pemenuhan istirahat : tidur berhubungan dengan aktivasi RAS ditandai dengan klien tampak lemah, pucat, lama tidur < dari 8 jam.
- Gangguan toleransi aktivitas : intoleransi aktivitas berhubungan dengan suplai O2 kejaringan berkurang ditandai dengan kelemahan otot, pergerakan lambat, klien tampak lemah, pucat, mudah lelah.
- Gangguan aman : ansietas/takut berhubungan dengan prosedur diagnostik/tranfusi ditandai dengan klien menangis, klien tampak cemas.
- Gangguan konsep diri : Body image berhubungan dengan adanya perubahan skeletal ditandai dengan muka mongoloid, kulit kecoklatan, akibat dari tranfusi (hemosiderosis), TB dan BB tidak sesuai dengan usia, Perubahan bentuk: splenomegali, klien tidak percaya diri.
- Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit yang berpotensi mengancam kehidupan ditandai dengan anak menderita thalassemia.
L. Intervensi
Keperawatan
Dx
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1
&
2
|
Tupan :
Dalam jangka waktu 1
minggu transport O2 tidak terganggu dan terjadi peningkatan perfusi jaringan.
Tupen :
Dalam jangka waktu 1
hari transport dan perfusi tidak terjadi gangguan ditandai dengan :
· TTV dalam batas normal
· Tampak segar
· Sesak napas tidak ada
· CRT < 3 detik
|
1. Kaji TTV, pengisian kapiler, warna kulit,
membran mukosa.
2. Identifikasi jenis dan golongan darah donor dan
resipien sebelum tranfusi dimulai.
3. Berikan tranfusi darah sesuai indikasi
4.
Pertahankan
posisi fowler
5. Beri oksigen sesuai indikasi
6. Kaji adanya reaksi tranfusi sesudah
dilaksanakannya tranfusi.
|
1. Sebagai indikator dari perfusi jaringan.
2. Untuk mencegah terjadinya komplikasi dari
transfusi darah (Reaksi hemolitik).
3. Diberikan untuk meningkatkan konsentrasi
Hemoglobin.
4. Untuk pertukaran darah yang optimal, ekspansi
paru maksimal.
5. Untuk meningkatkan O2 ke jaringan.
6. Mengetahui ada atau tidaknya komplikasi dari
transfusi darah.
|
|
3
|
Tupan :
Dalam jangka waktu 1
minggu klien meningkatkan nutrisi yang cukup utk pertumbuhan dan
perkembangan.
Tupen :
Dalam waktu 1 hari
klien dapat meningkatkan nutrisi yang cukup dengan kriteria :
·
Napsu makan
bertambah
·
Porsi makan
habis
·
BB sesuai
dengan usia.
|
1. Izinkan anak untuk memakan makanan yang dapat
ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera
makan anak meningkat.
2. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen
nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.
3. Hindari anak makan-makanan yang mengandung zat
besi misal Hati, bayam, kangkung.
4. Berikan diet yang seimbang TKTP rendah lemak dan
rendah serat.
5. Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering.
6. Libatkan anak dalam perencanaan makanan
|
1. Dapat meningkatkan kebutuhan nutrisi ehingga
tidak terjadi kekurangan nutrisi.
2. Dapat meningkatkan kualitas intaken nutrisi.
3. Untuk menghindari penumpukan zat besi pada kulit
(hemosiderosis).
4. Untuk mendapatkan nutrisi yang maksimum.
5. Untuk meningkatkan masukan makanan pada anak.
6. Untuk meningkatkan masukan makanan pada anak.
|
|
4.
|
Tupan :
Dalam jangka waktu 1
minggu kebutuhan tidur terpenuhi
Tupen :
Dalam jangka waktu 1
hari klien dapat memenuhi kebutuhan tidur dengan kriteria:
· Lama tidur > 6 jam.
· Tampak segar
|
1. Kaji kebiasaan klien sebelum tidur.
2. Kaji pola tidur klien.
3. Ciptakan suasana tenang dan nyaman.
4. Posisi klien semi fowler
5. Berikan nutrisi sebelum tidur yang dapat
merangsang tidur contoh susu hangat.
|
1. Untuk mengetahui intervensi yang akan dilakukan.
2. Untuk mengetahui kebiasaan tidur klien.
3. Untuk mengurangi stimulus yang berlebih.
4. Meningkatkan rasa nyaman.
5. Susu hangat dapat merangsang tidur.
|
|
5.
|
Tupan :
Dalam jangka waktu 1 minggu klien dapat toleransi pada aktivitasnya
Tupen :
Dalam jangka 3 hari klien dapat melakukan ADL dengan bantuan minimal.
|
1. Kaji kemampuan anak dalam melakukan
aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tugas perkembangan.
2. Kaji TTV selama dan setelah melakukan aktivitas
dan catat adanya respon fisiologis terhadap aktivitas (peningkatan denyut
jantung, peningkatan TD, atau napas cepat).
3. Beri informasi kepada klien atau keluarga untuk
berhenti melakukan aktivitas jika terjadi gejala-gejala peningkatan denyut
jantung, TD meningkat, napas cepat, pusing dan kelelahan.
4. Berikan dukungan kepada anak untuk melakukan
kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuan anak.
5. Jelaskan pada keluarga bila setelah aktivitas diberi jeda untuk istirahat.
6. Batasi aktivitas yang dilakukan
|
1. Sebagai indikator untuk mengetahui adanya
intoleransi aktivitas.
2. Dapat menunjukan fespon fisiologi terhadap
aktivitas untuk mengetahui apakah toleran terhadap aktivitas atau tidak.
3. Untuk mencegah terjadinya kelelahan tubuh.
4. Agar anak tidak tergantung dan memandirikan
klien.
5. Untuk mencegah terjadinya kelelahan.
6. Untuk mengurangi energi yang dikeluarkan tubuh.
|
|
6.
|
Tupan :
Dalam jangka waktu 1
minggu ansietas minimal.
Tupen :
Dalam jangka waktu 1
hari anak dan keluarga menunjukan pemahaman tentang pengobatan / tranfusi.
|
1.
Siapkan anak
untuk tes
2.
Tetap
bersama anak selama tes dan memulai tranfusi.
3.
Jelaskan
pemberian komponan darah
|
1. Untuk menghilangkan ansietas / rasa takut.
2. Untuk memberikan dan observasi pada kemungkinan
komplikasi.
3. Untuk meningkatkan pemahaman tentang gangguan,
tes diagnostik dan pengobatan.
|
|
7.
|
Tupan :
Dalam jangka waktu 1
minggu klien tidak mengalami gangguan konsep diri.
Tupen :
Dalam jangka waktu 3
hari klien tidak mengalami gangguan konsep diri dengan kriteria klien tidak
percaya diri.
|
1. Kaji tahap perkembangan klien.
2. Beri tahu kepada klien tentang penyakit dan
proses pengobatan.
3. Beri motivasi pada klien
4. Berikan suport sistem (keluarga, teman, tenaga
kesehatan)
|
1. Untuk mengetahui intervensi yang akan dilakukan
2. Dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
klien tentang penyakitnya.
3. Dapat meningkatkan semangat hidup klien.
4. Mengurangi rasa cemas yang timbul akibat
penyakit yang diderita klien.
|
|
8.
|
Tupan :
Dalam jangka waktu 1
minggu keluarga menunjukan pemahaman tentang penyakit.
Tupen :
Dalam waktu 3 hari
keluarga memastikan pengobatan yang segera dan tepat.
|
1. Ajari keluarga dan anak yang lebih besar
tanda-tanda defek dasar dan tindakan.
2. tekankan pentingnya menginformasikan personal
kesehatan tentang penyakit anak.
3. Jelaskan tanda-tanda kejadian klinis khususnya
demam, pucat, distress pernapasan dan nyeri.
4. Berikan sifat dasar penularan dan rujuk pada
pelayanan konseling genetik.
5. Ajari orang tua untuk menjadi advokat bagi anak
mereka sendiri untuk memastikan perawatan yang terbaik.
|
1. Untuk meminimalkan komplikasi sibling.
2. Untuk memastikan pengobatan yang segera dan
tepat.
3. Untuk menghindari keterlambatan pengobatan.
4. Untuk keluarga untuk membuat keputusan
reproduktif berdasarkan informasi.
5. Untuk keluarga untuk membuat keputusan
reproduktif berdasarkan informasi.
|
|
M.
Asuhan Keperawatan Untuk Anak yang Mendapat
Transfusi Darah
Komplikasi
|
Tanda
/ Gejala
|
Intervensi
|
Reaksi hemolitik
|
Menggigil, gemetar, demam, nyeri pada area tusukan jarum dan sepasang
jalur pena, mual muntah, sensasi sesak di dada, urin kemerahan, atau hitam
sakit kepala, nyeri panggul, tanda progresif syok dan atau gagal ginjal.
|
· Periksa identitas klien
· Identifikasi jenis dan golongan darah donor dan
resipien sebelum tranfusi dimulai, periksa bersama perawat / praktisi yang
lain.
· Tranfusikan darah secara perlahan selama 15 – 20
menit dan atau awalnya 1/5 volume darah; tetap tinggalbersama pasien.
· Hentikan tranfusi dg segera pada kejadian tanda
atau gejala, pertahankan jalur intravena pasien dan beritahu praktisi.
· Simpan darah donor untuk pencocokan silang ulang
dengan darah pasien.
· Pantau adanya bukti-bukti syok.
· Dukung terapi medis untuk menghadapi syok.
|
Reaksi demam
|
Demam, menggigil
|
· Dapat diberikan asetominopen untuk profilaksis
· SDM yang kurang leukosit cenderung kurang,
reaksi.
· Hentikan tranfusi dengan segera laporkan pada
praktisi untuk evaluasi.
|
Reaksi alergi
|
Urtikaria, kemerahan pada wajah, mengi, asmatik, edema laring.
|
· Berikan antihistamin untuk profilaksis pada anak
dengan kecenderungan reaksi alergi.
· Berikan
epineprine utk mengi / reaksi anafilaktik.
· Hentikan tranfusi dengan segera.
|
Overload Sirkulasi
|
Nyeri prekordial, dispnea, rales, sianosis, bentuk kering,vena leher
distensi.
|
· Tranfusikan darah secara perlahan.
· Cegah overload dengan menggunakan SDM kemasan
atau memberikan jumlah darah yang sudah terbagi.
· Gunakan pompa infus untuk mengatur dan
mempertahankan kecepatan aliran.
· Hentikan tranfusi dengan segera bila terdapat
tanda-tanda kelebihan beban.
· Tempatkan anak pada posisi duduk tegak dengan
kaki tergantung untuk meningkatkan tahanan vena.
|
Emboli udara
|
Kesulitan bernapas yang tiba-tiba, nyeri tajam di dada, ketakutan.
|
· Normalisasikan tekanan sebelum wadah dikosongkan
ketika menginfuskan darah di bawah tekanan.
· Bersihkan selang dari udara dengan mengaspirasi
udara yang terlihat di selang yang spuit, dibagian yang paling dekat dengan
konektor y; putuskan selang dan biarkan darah mengalir sampai udara keluar
hanya bila konektor y tidak tersedia.
|
Hipotermia
|
Menggigil, suhu rendah, frekuensi jantung tidak teratur, kemungkinan
henti jantung.
|
· Biarkan darah menghangat di suhu ruangan (kurang
dari 1 jam).
· Gunakan penghangat darah mekanis yang dizinkan
atau koil penghangat elektrik untuk menghangatkan darah dengan cepat; jangan
pernah menggunakan oven microwave.
· Ukur suhu bila pasien mengeluh menggigil, bila
sub normal, hentikan tranfusi.
|
Gangguan elektrolit hiperkalemia
|
Mual, muntah, kelemahan
otot, paralisis flaksid, parastesia ekstremitas, bradikardia, henti jantung.
|
· Gunakan SDM washed atau darah segar bila pasien
berisiko.
|
Penularan infeksi,
hepatitis, malaria, sifilis, bakteri atau virus lain.
|
Tanda-tanda infeksi
(ikterik)
Reaksi toksisk: demam
tinggi, sakit kepala hebat atau nyeri substernal, hipotensi, kemerahan wajah
menetap, muntah/diare.
|
· Darah diuji untuk adanya antibody terhadap HIV,
virus hepatitis C, dan antigen inti hepatitis B; selain itu darah juga diuji
untuk adanya antigen permukaan hepatitis B (HbsAg) dan alanin
aminotransferase (ALT), dan tes serologi dilakukan untuk sifilis; unit
positif dirusak: individu yang berisiko membawa virus tertentu ditangguhkan
dari pendonoran.
· Laporkan adanya tanda-tanda infeksi dan bila
selama tranfusi, hentikan tranfusi dengan segera.
|
Alloimunisasi
|
Peningkatan risiko hemolitik, demam, dan reaksi alergi.
|
· Gunakan jumlah donor yang terbatas
· Observasi dengan cermat adanya tanda-tanda
infeksi.
|
Reaksi hemolitik lambat
|
Destruksi SDM dan demam selama 5 – 10 hari setelah tranfusi.
|
· Observasi adanya anemia pascatranfusi dan
penurunan manfaat dari keberhasilan tranfusi.
|
DAFTAR
PUSTAKA
FKUI (2002), Ilmu
Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FKUI: Jakarta
Guyton, (1995), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 7. Buku 1. ECG : Jakarta.
Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. EGC: Jakarta.
Price dan Wilson . (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC: Jakarta.
Wong. (2004). Pedoman
Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta.
Harahap A. (2002). Diagnosis molekuler thalassemia : peranannya dalam penanganan kasus
thalassemia. Dalam pendidikan berkesinambungan Patologi Klinik. Bagian
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran , Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar