LAPORAN PENDAHULUAN
TUMBUH KEMBANG ANAK
DISUSUN OLEH :
ATTIH HARTINI SUTISNA,
S.Kep
NIM : 4012180010
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES BINA PUTERA BANJAR
TAHUN 2017/2018
|
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMBUH KEMBANG PADA ANAK
A.
Pengertian
Perbedaan Pertumbuhan
dan Perkembangan
Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan deimensi tingkat sel,
organ maupun individu yang biasa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram) ukuran panjang (cm, meter) umur tulang dan keseimbangan
metabolic (Soetjiningsih, 1995).
Perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan (skil) dalam struktur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan di sini menyangkut adanya proses diferensasi, dari
sel-sel tubuh, haringan tubuh, organ-oragan sistem, organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan (Soetjiningsih, 1995).
Tumbang fisik; perubahan dalam
ukuran besar dan fungsi organism
Tumbang intelektual; berkaitan
dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan mengenai materi yang bersifat
abstrak dan simbolik ( kematangan fungsi neurologi).
Tumbang emosional; kemampuan untuk
membentuk ikatan batin, bercinta, berkasih saying, dan kemampuan untuk
menangani kegelisahan.
B.
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
Secara umum ada dua faktor adalah :
1.
Faktor genetik
a.
Faktor bawaan yang normal dan
patologik
b.
Jenis kelamin
c.
Suku, bahasa dan bangsa
2.
Faktor lingkungan (Bio, Fisiko,
psiko, Social)
a.
Internal yaitu intelegensia,
hormone dan emosi
b.
Eksternal yaitu kebudayaan,
status social ekonomi, keluarga, nutrisi, olahraga, dan urutan anak dalam
keluarga.
c.
Faktor prenatal ; Gizi ibu pada
waktu hamil, Mekanis, Toksik/ zat kimia, Endokrin, Radias, Infeksi, Stress,
Imunitas, Anorexia embrio.
d.
Faktor postnatal : Lingkungan
biologis, Faktor fisik, Psikosocial, Faktor keluarga dan adat istiadat.
C.
Tahap Tumbuh Kembang
Tahap/ Usia
|
Radius Hubungan Bermakna
(Sullivan)
|
Tahap Psikoseksual
(Freud)
|
Tahap Psikososial
(Erikson)
|
Tahap Kognitif
(Piaget)
|
Tahap Penilaian Moral (Kohl Bergh)
|
Bayi lahir sampai 1
tahun
|
Individu maternal (unipolar-bipolar)
|
Sensori oral
|
Percaya vs tidak percaya
|
Sensori motorik (lahir sampai 18 bulan)
|
-
|
Masa usia bermain (1-3 tahun)
|
Individu parenteral
|
Anal-uretral
|
Anatomi vs malu dan ragu-ragu
|
Pikiran praoperasionak, fase pra-konseptual/ berpikir,
transduktif (2-4th)
|
Tingkat pra konvensional/ pramoral, hukuman dan orientasi kepatuhan
|
Masa anak-anak awal (3-6
tahun)
|
Keluarga dasar
|
Falik – lokomotor
|
Inisiatif vs rasa bersalah
|
Pikiran praoperasional, fase intuitif/ (berpikir transduktif (4-7 th)
|
Tingkat prakonvensional/ pra moral
|
Masa anak-anak tengah (6-12
tahun)
|
Tetangga, sekolah
|
Latensi
|
Industri vs infeniuritas
|
Operasi konkret (berpikir
konduktif dan mulai logis) (usia 4-7
th)
|
Tingkat konpensional orientasi anak laki-laki yg baik, anak perempuan
yg manis, orientasi hokum dan perintah
|
Remaja 13-18 tahun)
|
- Kelompok sebaya
dan kelompok luar
- Model
kepemimpinan
- Pasangan dlm
persahabatn, seks, kompetensi dan kerjasama
|
Genitalitas
|
Identitas dan penyangkalan vs bingung identitas
|
Operasi formal (berfikir, deduktif dan abstrak0
|
- Tingkat pasca
konvensional/ prinsip
- Orientasi
traksional
- Orientasi
prinsip etis universal (tdk lagi termauk dlm teori lingkungan)
|
Masa dewasa awal
|
Membagi pekerjaan dan rumah tangga
|
-
|
Intimasi dan solidaritas vs isolasi
|
-
|
-
|
Masa dewasa muda dan menengah
|
Umat manusia “saya”
|
-
|
Generativitas vs absorpsi diri
|
-
|
-
|
Dewasa akhir
|
-
|
-
|
Integritas ego vs
kekecewaan
|
-
|
-
|
1.
Masa Prenatal
a.
Masa mudigh/embrio = konsepsi =
8 minggu
b.
Masa janin/patus = 9 minggu
sampai lahir
2.
Masa bayi = 0 – 1 tahun
a.
Masa neonatal (usia 0 – 28
hari)
1)
Masa neonatal dini = 0 – 7 hari
2)
Masa neonatal lanjut = 8 – 28
hari
b.
Masa neonatal (29 – 1 tahun)
3.
Masa prasekolah = usia 1 sampai
6 tahun
4.
Masa sekolah = usia 6 – 18/20
tahuh
5.
Masa pra remaja = usia 6 – 10
tahun
6.
Masa remaja
a.
Masa dini
Wanita usia 8 – 13 tahun
Pria usia 10 – 15 tahun
b.
Masa remaja lanjut
Wanita usia 13 – 18 tahun
Pria usia 15 – 20 tahun
D.
Tugas Pertumbuhan & Perkembangan
1.
Pada usia bayi dan anak-anak (0
– 6 tahun)
a.
Belajar berjalan
b.
Belajar memakan makanan yang
padat
c.
Belajar berbicara
d.
Belajar buang air kecil dan
buang air besar
e.
Mencapai kesetabilian jasmaniah
fisiologis
2.
Masa sekolah (6 – 12 tahun)
a.
Belajar memperoleh keterampilan
fisik / melakukan permainan
b.
Belarar membentuk sikap yang
sehat terhadap dirinya sendiri sebagai mahluk sosial / biologis
c.
Belajar bergaul sosial /
biologis
d.
Belajar mengembangkan konsep
sehari-hari
3.
Masa remaja
a.
Kematangan emosional dan sosial
1)
Keadaan awal
2)
Tidak toleran dan bersikap
superior
3)
Kaku dalam bergaul
4)
Peniruan buta terhadap teman
sebaya
5)
Kontrol orang tua
6)
Perasaan yang tidak jelas
tentang dirinya / orang lain
7)
Kurang dapat mengendalikan diri
dari rasa marah dan sikap permusuhannya
8)
Tujuan / ke arah
9)
Bersikap toleran dan merasa
nyaman
10)
Luwes dalam bergaul
11)
Interdefendensi dan mempunyai
seft esteem
12)
Kontrol diri sendiri
13)
Perasaan mau menerima dirinya
dan orang lain
14)
Mampumenyatakan emosinya secara
konstruktif dan kreatif
b.
Perkembangan heterosexualitas
1)
Keadaan awal
2)
Belum memiliki kesadaran
tentang perubahan seksualnya
3)
Mengidentifikasi orang lain
yang sama jenis kelaminnya
4)
Bergaul dengan teman banyak
5)
Tujuan / ke arah
6)
Menerima identitas seksualnya
sebagai pria atau wanita
7)
Mempunyai perhatian terhadap
jenis kelamin yang berbeda dan bergaul dengannya
8)
Memiliki teman-teman tertentu
c.
Kematangan kognitif
1)
Keadaan awal
2)
Mempunyai prinsip-prinsip umum
dan jawaban yang final
3)
Memiliki kebenaran dari sumber
otorital
4)
Memiliki banyak minat atau
perhatian
5)
Bersikap subjektif dalam
menafsirkan sesuatu
d.
Filsafat hidup
1)
Keadaa awal
2)
Tingkah laku dimotifasi oleh
kesenangan belaka
3)
Aduh tak acuh terhadap
prinsip-prinsip ideologi dan etika
4)
Tingkah lakunya tergantung pada
rienforcement (dorongan dari luar)
5)
Tujuan / ke arah
6)
Tingkah laku dimotivasi oleh
insvirasi
7)
Melibatkan diri atau mempunyai
perhatian terhadap idiologi dan etika
8)
Tingkah laku dibimbing oleh
tanggungjawab moral
e.
Perubahan fisik
1)
Sistem syaraf : perubahan
perkembangan kecerdasan otak dan emosi
2)
Otot-otot : Perkembangan
kekuatan dan motorik
3)
Struktur fisik : yang
meliputi tinggi, berat dan proporsi. Perubahan khas nampak pada remaja adalah
tumbuhnya rambut-rambut, perubahan suara pada laki-laki timbulnya jakun yang
menonjol, pada wantia perubahan pada payudara dan menstruasi.
E.
Penilaian Pertumbuhan Fisik
1.
Ukuran antropometrik
a.
Tergantung umur
b.
Berat badan terhadap umur
c.
Tinggi / panjang badan terhadap
umur
d.
Lingkar lengan atas terhadap
umur
e.
Lingakr kepala
f.
Tidak tergantung umur
g.
Berat badan terhadap tinggi
badan
h.
Lingkar lengan atas terhadap
tinggi badan
i.
Lain-lain : lingkar lengan atas dibandingkan dengan
standar/ bahu, lipatan kulit pada trisep, subskapular, abdominal dibandingkan
dengan bahu
2.
KMS (Kartu Menuju Sehat)
Kartu ini merupakan gambar kuva BB anak usia 0-5 tahun terhadap umurnya. Kaertu ini
juga dilengkapi dengan beberapa atribut penyuluhan dan catatan yg penting untuk
diingat dan diperhatikan oleh ibu/ petugas kesehatan antaralain : riwayat
kelahiran, imunisasi, pemberian ASI, dll.
F.
Penilain Perkembangan
1.
Tes intelensi individual (tes
IQ)
2.
Tes prestasi
3.
Tes Psikomotor
4.
Tes proyeksi
5.
Tes prilaku adaptif
G.
Intervensi Keperawatan yang dapat diberikan
Interfensi keperawatan yang dapat
diberikan untuk oprimalisai tumbuh kembang adalah :
1.
Pemenuhan kebutuhan dasar
a.
Kebutuhan fisik – biomedis
(ASUH)
1)
Pangan / gizi merupakan
kebutuhan terpenting
2)
Perawatan kesehatan dasar
antara lain : pemberian asi, imunisasi, pengobatan apabila sakit.
3)
Papan / pemukiman yang layak
4)
Higiene perorangan dan sanitasi
lingkungan
5)
Sandang
6)
Kesegaran jasmani / rekreasi
dan lain-lain
b.
Kebutuhan emosi / kasih sayang
(ASIH)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan hubungan erat ibu dan
anak merupakan syarat mutlak, untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik
fisik, mental maupun psikososial, berperannya kehadiran ibu / penggantinya.
Kasih sayang antara ayah dan ibu akan menciptakan ikatan yang erat (banding)
dan kepercayaan besar (basictrust)
c.
Kebutuhan akan stimulasi mental
(ASAH)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses
belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak, stimulasi mental (ASAH) ini
mengembangkan perkembangan mental psikososial, kecerdasan, keterampilan,
kemandirian, kreatifitas, agama, kepribadian, moral, etika, produktifitas dan
sebagainya.
CHILD ABUSE
1.
Defenisi
a.
Child Abuse : tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga
tidak optimal lagi (David Gill, 1973)
b.
Child Abuse : perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak,
menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual
(Synder, 1983)
c.
Kesimpulan:
Child
Abuse adalah penganiayaan,
penelantaran dan eksploitasi terhadap anak, dimana ini adalah hasil dari
perilaku manusia yang keliru terhadap anak.
2.
Klasifikasi
Terdapat 2 golongan besar, yaitu :
a.
Dalam
keluarga
1)
Penganiayaan
fisik, Non Accidental “injury” mulai dari ringan “bruiser – laserasi” sampai
pada trauma neurologic yang berat dan kematian. Cedera fisik akibat hukuman
badan di luar batas, kekejaman atau pemberian racun
2)
Penelantaran
anak/kelalaian, yaitu : kegiatan atau behavior yang langsung dapat menyebabkan
efek merusak pada kondisi fisik anak dan perkembangan psikologisnya. Kelalaian
dapat berupa :
a)
Pemeliharaan
yang kurang memadai
Menyebabkan gagal tumbuh, anak
merasa kehilangan kasih sayang, gangguan kejiwaan, keterlambatan perkembangan.
b)
Pengawasan
yang kurang memadai
Menyebabkan anak gagal mengalami
resiko untuk terjadinya trauma fisik dan jiwa
c)
Kelalaian
dalam mendapatkan pengobatan
Kegagalan dalam merawat anak dengan
baik
d) Kelalaian dalam pendidikan
Meliputi kegagalan dalam mendidik
anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau menyuruh
anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah.
3)
Penganiayaan
emosional
Ditandai dengan kecaman/kata-kata
yang merendahkan anak, tidak mengakui sebagai anak. Penganiayaan seperti ini
umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain
4)
Penganiayaan
seksual, mempergunakan pendekatan persuasif.
Paksaan pada seseorang anak untuk
mengajak berperilaku/mengadakan kegiatan sexual yang nyata, sehingga
menggambarkan kegiatan seperti : aktivitas seksual (oral genital, genital, anal
atau sodomi) termasuk incest. (The Child
Abuse & Prevention Act / Public Law 100-294).
b.
Di luar
rumah.
Dalam institusi/lembaga, di tempat
kerja, di jalan, di medan perang.
3.
Faktor-Faktor
Penyebab
Faktor
Sosiokultural Stress Berasal dari Anak
|
Stress
Keluarga
|
Stress
Berasal dari Orang Tua
|
· Fisik berbeda
· Mental berbeda
· Temperamen berbeda
· Tingkah laku berbeda
· Anak angkat
|
·
Kemiskinan pengangguran mobilitas, isolasi, perumahan tidak
memadai
·
Hubungan orang tua anak stress prenatal, anak yang tidak
diharapkan premature, dll
·
Perceraian
|
· Rendah diri
· Waktu kecil mendapat perlakuan salah
· Depresi
· Harapan pada anak yang tidak realistis
· Kelainan karakter/gangguan jiwa
|
4.
Manifestasi Klinis dari Penganiayaan dan Pengabaian Anak Cidera Kulit
Cidera kulit adalah
tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan paling mudah dikenali. Bekas
gigitan manusia tampak sebagai daerah lonjong dengan bekas gigi, tanda hisapan
atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau memar pada tempat-tempat yang
tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu telah mengalami penganiayaan. Memar
yang ada dalam berbagai tahap penyembuhan menunjukkan adanya trauma yang
terjadi berulang kali. Memar berbentuk objek yang dapat dikenali umumnya bukan
suatu kebetulan.
a.
Kerontokan Rambut Traumatik
Kerontokan rambut traumatik terjadi
ketika rambut anak ditarik, atau dipakai untuk menyeret atau menyentak anak.
Akibatnya pada kulit kepala dapat memecahkan pembuluh darah di bawah kulit.
Adanya akumulasi darah dapat membantu membedakan antara kerontokan rambut
akibat penganiayaan atau non-penganiayaan.
b.
Jatuh
Jika seorang anak dilaporkan mengalami
kejatuhan biasa, namun yang tampak adalah cidera yang tidak biasa, maka
ketidaksesuaian riwayat dengan trauma yang dialami tersebut menimbulkan
kecurigaan adanya penganiayaan terhadap anak.
c.
Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut
Luka, perdarahan, kemerahan atau
pembengkakan pada kanal telinga luar, bibir pecah-pecah, gigi yang goyang atau
patah, laserasi pada lidah dan kedua mata biru tanpa trauma pada hidung,
semuanya dapat mengindikasikan adanya penganiayaan.
d.
Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya
Luka bakar terculap, dengan garis batas
jelas, luka bakar sirkuler kecil-kecil dan banyak dalam berbagai tahap
penyembuhan, luka bakar setrikaan, luka bakar daerah popok dan luka bakar tali
semuanya memberikan kesan adanya tindakan jahat yang disengaja.
e.
Sindroma Bayi Terguncang
Guncangan pada bayi menimbulkan cidera
ekslersi deselersi pada otak, menyebabkan regangan dan pecahnya pembuluh darah.
Hal ini dapat menimbulkan cidera berat pada system saraf pusat, tanpa perlu
bukti-bukti cidera eksternal.
f.
Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat
Dijelaskan
Fraktur Iga Posterior dalam berbagai
tahap penyembuhan, fraktur spiral atau dislokasi karena terpelintirnya
ekstremitas merupakan bukti cidera pada anak yang tidak terjadi secara
kebetulan.
5.
Dampak Penganiayaan dan Kekerasan Pada Anak
Dampak penganiayaan dan
kekerasan pada anak akan mengakibatkan gangguan bio-psiko-sosial anak. Hal ini
dapat terjadi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Anak mempunyai masa depan
yang masih panjang sehingga perlu pemantauan dan program tindakan yang
terus-menerus bagi anak korban penganiayaan dan kekerasan. Indikator yang perlu
diperhatikan akibat penganiayaan dan kekerasan pada anak dapat dilihat pada
tabel 1. Diharapkan tindakan/program dilakukan tanpa menunggu tanda/indikator
muncul.
Tabel
1. Indikator fisik dan perilaku pada penganiayaan anak (Child Abuse)
Indikator
Fisik
|
Indikator
Perilaku
|
Aniaya Fisik
Kerusakan kulit
• Memar dengan berbagai tingkat penyembuhan
• Luka bakar
• Lecet dan goresan
Kerusakan Skeletal
• Fraktur
• Luka pada mulut, bibir, rahang, mata, perineal
|
Aniaya Fisik
• Takut kontak dengan orang dewasa
• Prihatin jika ada anak menangis
• Waspada/ketakutan
• Agresif/pasif/menarik diri
|
Penelantaran/Pengabaian
• Kelaparan
• Kebersihan diri kurang
• Pekaian tidak terurus
• Tidak diurus dalam waktu lama
• Tidak pernah periksa kesehatan
Aniaya Seksual
• Sukar jalan dan duduk
• Pakaian dalam berdarah, bernoda
• Genital gatal
• Memar dan berdarah pada daerah perineal
• Penyakit kelamin
• Ketergantungan obat
• Pertumbuhan dan perkembangan terlambat
• Hamil pada usia remaja
|
Penelantaran/Pengabaian
• Pengemis
• Sendiri tanpa pengasuh pada waktu
yang panjang
• Penjahat
• Pencuri
• Datang cepat dan pulang lambat dari
sekolah
• Melaporkan tidak ada pengasuh
• Pasif, agresif
• Penuntut
Aniaya Seksual
• Harga diri negatif
• Tidak percaya pada orang lain (sukar dekat dengan orang lain)
• Disfungsi kognitif dan motorik
• Defisit kemampuan personal dan sosial
• Penjahat atau lari dari rumah
• Ketergantungan obat
• Ide bunuh diri dan depresi
• Melaporkan aniaya seksual
• Psikotik
|
Aniaya Emosional
• gagal dalam perkembangan
• pertumbuhan fisik tertinggal
• gangguan bicara
|
Aniaya Emosional
• Perilaku yang ekstrim : pasif sampai agresif
• Kebiasaan yang tergang-gu/destruktif
• Neurotik
• Percobaan bunuh diri
|
6.
Pencegahan dan Penanggulangan Penganiayaan
dan Kekerasan pada Anak
Pencegahan dan
penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak merupakan tanggung jawab
semua pihak.
7.
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan
kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada
individu, keluarga dan masyarakat.
8.
Pendidik
Sekolah
mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi,
yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan
bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harus dijaga tidak diganggu
orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di sekolah.
Sikap atau cara
mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniaya emosional. Guru
juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya fisik dan pengabaian
perawatan pada anak.
9.
Penegak Hukum dan Keamanan
Hendaknya
Undang-Undang No. 4 tahun 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan
secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan
dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas perlindungan
terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya secara wajar.
10. Media Massa
Pemberitaan
penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel-artikel
pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek maupun
panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.
11. Stimulasi perkembangan
a.
Usia o – 6 bulan
1)
Kognitif
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Perhatikan
mainan yang menarik yang berwarna terang dan mencolok, coba pindahkan secara
perlahan-lahan
|
Akan merangsang rasa ingin tahunya serta
menstimulasi focus perhatiannya terhadap suatu benda
|
2
|
Sediakan kaca
yang tidak mudah pecah dan biarkan anak memperhatikan wajahnya sendiri.
|
Walaupun si kecil belum akan mengenali
dirinya hingga ia berusia 15 bulan, namun ini akan membuatnya belajar
memfokuskan pandangannya
|
3
|
Siapkan
berbagai benda yang tidak membahayakan
|
Tekstur yg berbeda dari benda-benda
tersebut juga akan menstimulasi kulitnya dan membuatnya lebih peka terhadap
perbedaan rangsang
|
2)
Bahasa
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Berikan anak bunyi-bunyian
|
Bunyi-bunyian dapat memotivasi anak
mengahasilkan bunyi-bunyi dengan suaranya sendiri
|
2
|
Ajak si anak bernyanyi atau mendengarkan
musik yang sesuai dengan usia anak
|
Jenis music lembut, music klasik dan
music anak-anak yg riang
|
3
|
Cobalah berbicara dengan mimik yang menarik
dan tertentu pada di anak
|
Hal yang menarik baginya adalah
memperhatikan ekspresi muka anda ketika mengajarkannya berbicara
|
|
|
|
b.
Usia 6 – 12 bulan
1)
Kognitif
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1
|
Carilah
lagu-lagu dan nyanyikanlah berulang-ulang
|
Dapat
merasionalkan proses belajar anak
|
|
2
|
Bacakan cerpen
dengan penuh kasih saying
|
Dapat
meningkatkan partisipasi si anak
|
|
3
|
Ajarkan
permainan sederhana seperti ciluk ba……
|
Dapat
mengajarkan bahwa anak jika ada objek yang tidak terlihat berarti objek itu
akan hilang
|
|
4
|
Sediakan dan
Ajarkan anak bermain boneka, bola tangan, atau buatlah sendiri dari kertas/
karton yg diberi gambar bentuk muka
|
Permainan ini
akan merangsang anak untuk meniru anda melakukan hal yang sama
|
|
5
|
Berikan mainan
yang aman bagi anak
|
Agar klien
dapat mengontrol fisiknya dan anak tidak terluka
|
|
6
|
Mulai
memperkenalkan si kecil pada angka misalnya selalu menghitung hingga tiga
sebelum melakukan sesuatu bersama
|
Mulai
menunjukkan perilaku yang bertujuan
|
|
2)
Bahasa
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Hindari
pengucapan kata-kata yang cadel yang dibuat-buat
|
Mampu
mengucapkan gabungan vocal dan konsonan
|
2
|
Ajarkan terus
anak berbicara mengenai berbagai hal
|
-
Mulai berespon ketika
dipanggil namanya.
-
Mulai tertarik mendengarkan percakapan orang
dewasa
|
3
|
Ucapkan kata
dengan pelan, jelas namun pertahankan kelembutan anda untuk menarik
perhatiannya
|
Mulai memahami
kata tidak atau jangan, walaupun tidak, selalu mau mengikutinya
|
4
|
Beri perintah
yang sederhana yang terlebih dahulu dicontohkan
|
-
Mulai memahami perintah
sederhana.
-
Dapat mengucapkan beberapa
kata yg mengandung arti
|
c.
Usia 12 -18 bulan
1)
Kognitif dan bahasa
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Sediakan
beberapa toples plastik besar yang bisa di buka / ditutup biarkan dia
memasukan mainannya ke dalam toples tersebut lalu mintalah anak untuk
menutupnya
|
Permainan ini
akan membantu koordinasi mata, tangan serta pemahamannya akan konsep di dalam
dan diluar
|
2
|
Sediakan
mainan dengan warna menarik, letakan jauh-jauh biarkan anak mencapai mainan
tersebut
|
Biarkan ia
mencapai mainan tersebut dengan cara merangkak
|
3
|
Gelindingkan
bola besar dan mintalah anak untuk menangkapnya lalu mengelindingkannya
kembali
|
Dapat membantu
merasionalkan koordinasi mata dan tangan
|
4
|
Ajak si kecil
untuk bernyanyi bersama pilih lagu anak-anak yg mudah. Perjelas pengucapan
ketika mengajaknya bernyanyi
|
Mungkin ia
akan mengikuti gerakan-gerakan tertentu
|
5
|
Ajak anak
berbicara pada boneka-boneka/ mainannya, contohkan dengan bicara salah satu
boneka/ mainannya
|
Akan
memudahkan si kecil, melatih kemampuan berbahasanya
|
d.
Usia 12 – 18 bulan
1)
Kognitif
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Ajarkan anak
berjalan di taman sambil memperhatikan berbagai bunga dan binatang yang ada
di sama,
|
Diharapkan
anak akan mencintai lingkungan dan membedakan bentuk yang ada secara visual
|
2
|
Minta anak
memasukan bola ke dalam keranjang yang dipegang
|
Kegiatan
sederhana ini akan melatiih koordinasi mata dan tangannya
|
3
|
Bantu anak
dalam membuat bentuk-bentuk sederhana dari bahan pelastik
|
Permainan ini
mengasah motorik halus anak
|
4
|
Ajak anak
berpura-pura menjadi peran yang lain misalnya menjadi penjual koran, masinis,
perawat, dokter dan lain-lain
|
Anak dapat
memahami berbagai peran yang ada di sekelilingnya
|
e.
Perkembangan bahasa anak usia
18 – 24 bulan
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Membaca cerita berulang-ulang
merupakan hal yg biasa diminta si kecil pada anak sebelum tidur
|
Pengulangan menjadi sumber berjalan
berbahasa yg luar biasa bagi sikecil
|
2
|
Jangan cepat-cepat mengkritik atau
mengolok-olok caranya berbicara
|
Dapat mengoreksi tanpa bicara
|
f.
Perkembangan pada anak sekolah
dan remaja
No
|
Pencapaian perkembangan
& rasa takut
|
Reaksi prilaku
|
Intervensi
|
1
|
Perpisahan (orangtua dan teman sebaya)
|
Biasanya tdk terlihat tahap perilaku protes, patah
hati atau pelepasan
|
Anjurkan orangtua untuk berkunjung atau sekamar bila mungkin
|
2
|
Kehilangan control, menguatkan ketergantungan,
perubahan peran keluarga
|
Hal-hal beriut menunjukkan perpisahan serta rasa takut
lainnya, kesepian, bosan, isolasi, menarik diri, depresi, marah, bermusuhan,
dan frustasi
|
Biarkan anak untuk mengekspresikan perasaannya, baik secara verbal
maupun non verbal
|
3
|
Cedera dan nyeri tubuh; rasa takut terhadap sakit itu
sendiri, ketidak mampuan dan kematian, prosedur intrusif pada arca genital
|
Mencari informasi, dapat menerima nyeri, merintih/
merengek, tetap memegang dengan kaku, mencoba bertindak berani,
mengkomunikasikan nyeri, menunda kejadian penyebab nyeri
|
-
Terima rasa takut dan
kekhawatiran anak serta dorong untuk diskusi
-
Libatkan anak dlm aktivitas
yg sesuai dg tingkat perkembangan dan kondis, dorong kontak dengan sebaya,
lanjutkan dengan mengajari anak, lakukan intervensi pereda nyeri
|
g.
Perkembangan pada remaja
No.
|
Pencapaian perkembangan
|
Reaksi perilaku
|
Intervensi
|
1
|
Kehilangan control; kehilangan identitas,
menguatkan ketergantungan
|
Penolakan, mendorong keluarga tetap
tinggal dan mendukung, sering berkunjung, mendiskusikan kesukaan dengan
keluarga dan remaja
|
Gali perasaan yg berkaitan dengan sakit
dan signifikansi penyakit tertentu pada suatu hubungan, bentuk, identitas dan
rencana masa depan
|
2
|
Cedera dan nyeri tubuh, perubahan seksual
|
Tidak kooperatif, menarik diri, tuntutan
diri, control diri, kooperatif, takut, cemas, terlalu percaya diri
|
-
Jelaskan prosedur terapi dan
rutinitas
-
Bantu mengembangkan mekanisme
koping yg positif
|
3
|
Perpisahan (khususnya kelompok sebaya)
|
Deprsei,
kesepian,
menarik diri,
bosan
|
-
Ajari untuk mempertahankan
kontak dengan kelompok sebaya
-
Beri privacy
-
Beri pengajaran individu dan
rekreasi
-
Lakukan intervensi yg tepat
|
DAFTAR PUSTAKA
Nelson.(2000).
Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15.
EGC : Jakarta
Soetiningsih.(1995).
Tumbuh Kembang Pada Anak. EGC
: Jakarta
Wong.(2004).
Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC
: Jakarta
Guiton
(1994) Penyakit Anak, jilid 1,
edisi 6, Bina Rupa Aksara : Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar